Adab & Akhlak

Memanjangkan Rambut Bagi Lelaki Termasuk Sunnah?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Memanjangkan Rambut Bagi Lelaki Termasuk Sunnah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Memanjangkan Rambut Bagi Lelaki Termasuk Sunnah?selamat membaca.

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahsanallahu ilaikum. Ustadz, mohon nasihatnya.. Ada seorang laki2 yang saat ini tinggal di salah satu negara yg mayoritas kafir. Dia sengaja memanjangkan rambutnya, namun panjangnya hingga melebihi bahunya (kira2 hingga di bawah ketiaknya) Dan sampai mana sebetulnya batasan panjang rambut laki-laki yang dibolehkan? Jazakumullahu khayran, ustadz.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh

Memanjangkan rambut diperbolehkan dalam agama islam, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah memiliki rambut yang sampai diatas bahunya, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Qatadah; dari Anas:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ أنْبَأَنَا جَزِيْرُ بْنُ حَازِمٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ شَعْرُ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَعْرًا رَجِلاً بَيْنَ أُذُنَيْهِ وَ مَنْكِبَيْهِ. رواه ابن ماجه

“Rambut Rasulullah itu lurus ikal, dan terurai di antara kedua telinga dan bahunya”. (Sunan Ibnu Majah (Juz 4: 604)

Dan dari beberapa riwayat yang lainnya Nabi pernah memendekkan rambutnya dan pernah memanjangkan rambutnya, namun tidak sampai melebihi dibawah dua bahunya dan bahkan Nabi pernah mencukur rambutnya.

Sehingga bisa dikatakan bila ingin meniru gaya Rasulullah maka hendaknya melakukannya sebagaimana yang Rasulullah lakukan. Sebegaimana beberapa riwayat hadist berikut tentang sifat rambut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ فَلْيُكْرِمْهُ

“Barang siapa yang memiliki rambut maka hendaknya ia memuliakannya”. [HR. Abu Dawud] Hadits Hasan Shahih menurut Syaikh Al-Albani

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَضْرِبُ شَعَرُهُ مَنْكِبَيْهِ

“Bahwasanya Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam memanjangkan rambutnya hingga kedua pundaknya”. [HR. Bukhari no. 5903]

كَانَ شَعَرُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجِلًا ، لَيْسَ بِالسَّبِطِ وَلَا الجَعْدِ، بَيْنَ أُذُنَيْهِ وَعَاتِقِهِ

“Adalah rambut Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam itu bergelombang, tidak lurus juga tidak keriting, dan menjuntai diantara kedua telinganya dan pundaknya”. [HR. Bukhari no. 5905]

لَهُ شَعَرٌ يَبْلُغُ شَحْمَةَ أُذُنِهِ

“Beliau mempunyai rambut hingga mencapai ujung telinganya”. [HR. Bukhari no. 3551]

كَانَ شَعَرُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ

“Adalah rambut Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam panjangnya melewati kedua telinganya” [HR. Muslim no. 2338]

Karenanya tetaplah seseorang memperhatikan rambut dan penampilannya, bila tidak maka bisa berimbas kepada tasyabbuh yang terlarang dari rambut dan penampilan para wanita atau orang orang fasik dan kafir yang tidak memperhatikan aturan islam di dalam amaliah kesehariannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkait dengan tasyabbuh yang terlarang dalam sabda beliau,”

لَعَنَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتُ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”. (HR. Bukhari no. 5885).

Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’ anhu, ia berkata:

لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ وَقَالَ أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang kebanci-bancian dan para wanita yang kelaki-lakian”. Dan Nabi juga bersabda: “keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian!” (HR. Bukhari no. 5886).

Lalu sampai dimana batas rambut yang dikatakan tasyabbuh?

Karena rambut adalah perilaku nabi yang berkaitan dengan kebiasaan/adat, dimana tidak diperlukan alasan tertentu di dalam memanjangkan atau memendekkannya, maka selama tidak bertentangan dengan syariat dan tidak menunjukkan ciri dari orang orang yang fasik atau kafir atau di anggap syuhroh/perilaku aneh yang menarik perhatian maka hukumnya boleh dilakukan.

Baca Juga:  Penjelasan Nabi Minum Sambil Berdiri dan Duduk

Kapan menjadi tasyabbuh?bila dilakukan di tengah kaum muslimin yang menganggap bahwa itu adalah perilaku orang yang fasik dan kafir atau seperti wanita. Namun bila dilakukan di tengah mereka orang orang kafir dan fasik yang perilaku tersebut tersebut tidak menunjukkan kebaikan atau kejelekan seseorang maka tidak dianggap tasyabbuh, bila dianggap perilaku tidak baik maka tidak boleh dilakukan.

Namun lebih utamanya seorang muslim hendaknya memendekkan rambutnya atau bila ingin memanjangkan rambutnya sebaiknya tidak sampai melebihi pundaknya dengan tetap menjaga kerapian dan keindahan rambutnya. Hal ini dengan mempertimbangkan perilaku Rasulullah yang banyak waktunya dengan memendekkan rambut beliau disamping rambut pendek lebih rapi untuk di lihat oleh banyak manusia. .

Disebutkan di dalam fatwa web islam no

وقد يكون قص الشعر في حق الرجل أحسن من إطالته في بعض الأحيان بحسب أحوال الرجال. عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِي شَعْرٌ طَوِيلٌ، فَلَمَّا رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ذُبَابٌ ذُبَابٌ قَالَ: فَرَجَعْتُ فَجَزَزْتُهُ، ثُمَّ أَتَيْتُهُ مِنَ الْغَدِ، فَقَالَ: إِنِّي لَمْ أَعْنِكَ، ‌وَهَذَا ‌أَحْسَنُ

Dalam beberapa keadaan, memotong rambut untuk pria mungkin lebih baik daripada memanjangkannya, sesuai dengan kondisi pria. Dari Wa’il bin Hujr ia berkata : Aku mendatangi Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam dan rambutku panjang. Maka ketika aku melihat Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam berkata : “Lalat! Lalat!” Maka akupun pulang dan memangkasnya. Kemudian keesokan harinya aku mendatangi beliau dan beliau bersabda : “Sesungguhnya aku tidak bermaksud menjelek-jelekkanmu, karena ini jauh lebih baik.” [HR. Abu Dawud no. 4190] ( https://www.islamweb.net/ar/fatwa/17956/)

Syaikh Bin Baz rahimahullah pernah ditanya mengenai hal ini dan beliau menjawab :

هذا أصله جائز، كان العرب يطولون رؤوسهم، والنبي ﷺ كان يعفي رأسه ﷺ، ربما وصل إلى منكبه وربما ارتفع على حسب حلقه حين يحلقه في الحج والعمرة، يحلقه في الحج ويقصره في العمرة عليه الصلاة والسلام، فإذا طوله الإنسان لا لمقصد سيئ لا لأجل النساء ولا لأجل الفتنة فلا حرج في ذلك، وإن كان تطويله في مكان في بلد أو في قرية يتهم فيه بالسوء أو يظن به السوء فينبغي له تركه حتى لا يتهم بالسوء، وإذا طوله من أجل النساء والفتنة ومغازلة النساء كان منكرا، نسأل الله العافية.

Memanjangkan rambut pada asalnya hukumnya boleh. Dahulu orang-orang arab memanjangkan rambutnya, dan adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membiarkan rambutnya memanjang. Adakalanya sampai pundaknya, adakalanya pendek ketika dicukur saat haji maupun umrah. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menggundul rambutnya saat haji dan memendekkannya saat umrah. Maka apabila seseorang memanjangkan rambutnya bukan karena bermaksud buruk dan bukan karena wanita dan bukan karena fitnah, maka ia tidak berdosa.

Namun, apabila ia memanjangkannya di suatu negeri atau di daerah dimana ia dicurigai akan keburukan atau rambut panjang dianggap sesuatu yang buruk maka sepantasnya ia tidak memanjangkannya sehingga ia tidak dicurigai sebagai orang yang buruk.

Dan apabila ia memanjangkan rambutnya karena wanita, fitnah, dan untuk memikat wanita maka ini adalah hal yang mungkar. Kami memohon Afiah hanya kepada Allah (https://binbaz.org.sa/fatwas/2445/)

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

Senin, 6 Sya’ban 1444H / 27 Februari 2023 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button