FiqihKonsultasi

Mandi Wajib Dan Menqadha Shalat Ketika Haid

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Mandi Wajib Dan Menqadha Shalat Ketika Haid

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Hukum Mandi Wajib Dan Menqadha Shalat Ketika Haid, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Hari selasa sore saya cek bahwa darah haid saya sudah berhenti. Saya tunggu hingga keesokan harinya (Rabu pagi) sudah benar-benar kering. Lalu saya mandi wajib.

Tapi pas siang harinya saya merasakan ada yg keluar, saya cek ternyata warnanya merah namun kelamaan menjadi flek. Jadi saya menunggu berhenti (benar² kering lagi) sampai magrib, saya cek lagi masih ngeflek.

  1. Sudah benarkah keputusan saya untuk menunda mandi wajib karena ingin memastikan bahwa darah sudah benar² berhenti?

  2. Haruskah saya mengqadha sholat dhuhur, ashar, magrib ? Syukron, jazakumullahu khairan.

جزاك اللهُ خيراً
Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Apabila seorang wanita memiliki kebiasaan haidh yang teratur, misalkan selama 10 hari di waktu tertentu pada setiap bulannya, maka darah yang keluar setelahnya dianggap darah istihadhah (darah sakit), atau jika ia tidak memilki siklus darah haid yang teratur maka darah yang keluar setelah 2 hari suci atau 3 atau 4 hari dan seterusnya terhitung darah istihadhah (terdapat pemisah) dan ia tetap shalat dan boleh puasa.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ummu Habibah:

امْكُثِى قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اغْتَسِلِى وَصَلِّى

“Tahanlah dirimu (dari shalat) selama kadar haidhmu, setelah itu mandilah dan shalatlah.” (HR. Muslim no. 504).

Apabila ia tidak memiliki kebiasaan haidh dengan jumlah hari tertentu dan di waktu tertentu, maka ia harus membedakan darah yang keluar tersebut, apakah darah haidh atau darah istihadhah. Darah haidh biasanya memiliki sifat berwarna merah kehitaman, kental, dan bau busuk, maka ia meninggalkan shalat dan puasa.

Sedangkan darah istihadhah umumnya berwarna merah, encer, dan tidak bau, maka ia tetap shalat dan puasa. Hendaknya ia membersihkan kemaluanya dan menggunakan pembalut kemudian berwudlu’ yaitu berwudhu’ setiap kali akan shalat.

Baca Juga:  Bagaimanakah Hukumnya Membatalkan Puasa Qodho Ramadhan?

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Fatimah binti Abi Hubaisy:

إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِى عَنِ الصَّلاَةِ فَإِذَا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِى وَصَلِّى

“ِApabila darah haidh, maka darah itu berwarna hitam sebagaimana diketahui (oleh wanita), apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkan shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhu’lah dan shalatlah.” (HR. Abu Dawud no. 261).

  1. Maka anda menunda wajib mandi dengan cara melihat kebiasaan haid anda, tidak mandi wajib/besar dulu sebelum selesai siklus bulan yang rutin dulu,

  2. Adapun mengqadha shalat ketika selesai haid, maka anda hanya shalat ketika telah benar-benar suci, misalkan anda suci di waktu isya’ tapi sebelum masuk waktu shalat isya’ (waktu maghrib) anda masih ragu sudah suci atau belum, maka menurut pendapat jumhur ulama; anda tetap mengqadha shalat maghrib sebagai bentuk kehati-hatian lalu shalat Isya’.

Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:

المرأة إذا حاضت بعد دخول وقت الصلاة فإنه يجب عليها إذا طهرت أن تقضي تلك الصلاة التي حاضت في وقتها إذا لم تصلها قبل أن يأتيها الحيض ، وذلك لقول النبي صلى الله عليه وسلم : (من أدرك ركعة من الصلاة فقد أدرك الصلاة) . فإذا أدركت المرأة من وقت الصلاة مقدار ركعة ثم حاضت قبل أن تصلي فإنها إذا طهرت لزمها القضاء

“Seorang wanita jika haidh setelah masuknya waktu shalat, maka jika telah suci ia wajib mengqadha’ shalat yang ia haidh di waktu tersebut, jika memang ia belum sempat melakukan shalat sebelum datangnya haidh itu.

Itu berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Barangsiapa mendapati satu rakaat dari suatu shalat maka ia dianggap telah mendapatkan shalat tersebut’.

Jika seorang wanita mendapati waktu shalat seukuran satu rakaat. Kemudian ia haidh sebelum ia sempat melakukan shalat maka kelak jika ia telah suci ia wajib mengqadha’nya.” (Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Utsaimin : 12/218).

Referensi: Kitab Mulakhas Fiqhi, Syeikh Shalih Al Fauzan, hal. 44.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh: 
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. 
حفظه الله

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button