FiqihKonsultasi

Makan Unta Membatalkan Wudhu? Benarkah?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Makan Unta Membatalkan Wudhu? Benarkah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang makan unta membatalkan wudhu? benarkah?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz.

Ustadz, ada yang mengatakan bila makan daging unta harus berwudhu jika akan mengerjakan sholat (jadi makan unta membatalkan wudhu), dibandingkan dengan daging kambing, sapi dan semisalnya..mohon penjelasannya.

(Disampaikan oleh Fulan, sahabat belajar grup WA Bimbingan Islam – BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Ulama sejatinya berbeda pendapat pada masalah apakah mengkonsumsi daging onta membatalkan wudhu ataukah tidak, adapun kelompok ulama yang berpendapat bahwa mengkonsumsi daging onta membatalkan wudhu diantaranya Imam Ahmad ibnu Hanbal, Ishaq ibnu Rohuwiah, Yahya bin Yahya, Abu Bakr ibnu al-Mundzir, al-Baihaqy dan lainnya.

Diantara dalil yang dijadikan pegangan oleh pihak yang meyakini batalnya wudhu diantaranya:

حديث جابر ، سئل النبي صلى الله عليه وسلم أنتوضأ من لحوم الإبل ؟ قال : نعم ، قال : أنتوضأ من لحوم الغنم ؟ قال :إن شئت . رواه مسلم (360)

Hadist Jabir rodiyallahu anhu, bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam ditanya: Apakah kami dituntut berwudhu dari mengkonsumsi daging onta?
Rasul menjawab: iya.
Sahabat bertanya: adapun dari daging kambing apakah juga dituntut berwudhu? Beliau menjawab: jika kamu menghendaki”.

(H.R Muslim no: 360)

حديث البراء ، سئل النبي صلى الله عليه وسلم عن لحوم الإبل ؟ قال : توضئوا منها ، وسئل عن لحوم الغنم فقال لا يتوضاٌ . رواه أبو داود ( 184 ) الترمذي ( 81 ) وصححه الإمام أحمد وإسحاق بن راهويه

Hadist sahabat al-Barra, bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam ditanya perihal daging unta, Beliau mengatakan: berwudulah selepas mengkonsumsinya!,
kemudian beliau ditanya tentang daging kambing, Beliau menjawab: tidak usah berwudu!”.
(H.R Abu Dawud no:184, dan Tirmidzi no:81, dan disohihkan oleh imam Ahmad dan Ishaq ibnu Ruhuwiah.

Berkata Syaikh Abu al-‘Ala Abdur Rahman al-Mubarakfury:

قال النووي: اختلف العلماء في أكل لحوم الجزور فذهب الأكثرون إلى أنه لا ينقض الوضوء، وممن ذهب إليه الخلفاء الأربعة الراشدون أبو بكر وعمر وعثمان وعلي وابن مسعود وأبي بن كعب وابن عباس وأبو الدرداء وأبو طلحة وعامر بن ربيعة وأبو أمامة وجماهير التابعين ومالك وأبو حنيفة والشافعي وأصحابهم

“Berkata al-Imam al-Nawawy: para ulama berselisih pendapat pada perkara mengkonsumsi daging unta, mayoritas ulama berpendapat bahwa hal tersebut tidak membatalkan wudhu, diantara yang berpendapat demikian adalah al-khulafa al-rasyidun yang empat, Abu bakar, Umar, Ustman, Ali, ibnu Masud, Ubay bin Ka’ab, ibnu Abbas, Abu al-Darda, Abu thalhah, Amir bin Rabiah, Abu Umamah, dan mayoritas tabiin, dan Malik, Abu Hanifah, Syafii dan ashabnya.”

وذهب إلى انتقاض الوضوء به أحمد بن حنبل وإسحاق بن راهويه ويحيى بن يحيى وأبو بكر بن المنذر وابن خزيمة واختاره الحافظ أبو بكر البيهقي، وحكي عن أصحاب الحديث مطلقا وحكي عن جماعة من الصحابة

Baca Juga:  Membaca Dzikir Pagi Petang Saat Haid

Adapun yang berpendapat bahwa mengkonsumsi daging unta membatalkan wudhu diantaranya Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rohuwiah, Yahya bin Yahya, Abu bakar ibnu al-Mundzir, Ibnu Khuzaimah, dan pendapat yang dipilih oleh Abu Bakar al-Baihaqi, dan dihikayatkan juga pendapat dari ashabul hadist secara mutlak, dan sebagian para sahabat.

واحتج هؤلاء بحديث جابر بن سمرة الذي رواه مسلم قال أحمد بن حنبل وإسحاق بن راهويه صح عن النبي صلى الله عليه وسلم في هذا حديثان: حديث جابر وحديث البراء، وهذا المذهب أقوى دليلا وإن كان الجمهور على خلافه

Bagi yang berpendapat membatalkan wudhu, mereka berhujjah dengan hadist Jabir bin samuroh yang diriwayatkan oleh muslim, Ahmad bin Hanbal dan Ishaq bin Rohuwiah mengatakan bahwa hadist tersebut valid kesohihannya dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, sebenarnya dalam tema ini ada dua hadist: hadist Jabir dan hadist al-Barra, dan madzhab ini dari sisi dalil paling kuat walaupun jumhur ulama menyelisihinya.

وقد أجاب الجمهور عن هذا الحديث بحديث جابر كان آخر الأمرين من رسول الله صلى الله عليه وسلم ترك الوضوء مما مست النار، ولكن هذا الحديث عام وحديث الوضوء من لحوم الإبل خاص، والخاص مقدم على العام. انتهى

Sejatinya jumhur ulama sudah menyangkal dalil yang dipakai oleh Ahmad dan kawannya dengan hadist Jabir yang lain, yaitu bahwa “Perkara yang terakhir yang dipilih oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dua perkara adalah meninggalkan wudhu karena memakan apa-apa yang terkena api”, namun hadist ini bermakna umum, adapun hadist masalah wudhu selepas mengkonsumsi daging onta sifatnya lebih khusus, dan dalil yang khusus lebih dikedepankan dari yang umum”.
(Tuhfatu al-Ahwadzi bi Syarhi Jami al-Tirmidzi juz:1 hal:221)

Kesimpulannya, pendapat yang dianggap lebih kuat oleh penulis kitab tuhfatu al-ahwadzi adalah batalnya wudhu setelah mengkonsumsi daging unta, ini juga pendapat yang dikuatkan oleh website islamqa di bawah bimbingan syaikh Muhammad Solih al-Munajjid.

Sumber : IslamQA أكل لحم الإبل ينقض الوضوء
IslamWeb مذاهب أهل العلم في الوضوء من أكل لحم الإبل

Wallahu a’lam.

Dijawab oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Rabu, 03 Rabiul Akhir 1442 H/ 18 November 2020 M



Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله 
klik disini

Ustadz Setiawan Tugiyono, B.A., M.HI

Beliau adalah Alumni D2 Mahad Aly bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bahasa Arab 2010 - 2012 , S1 LIPIA Jakarta Syariah 2012 - 2017, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2018 - 2020 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah, Dauroh Masyayikh Ummul Quro Mekkah di PP Riyadush-shalihin Banten, Daurah Syaikh Ali Hasan Al-Halaby, Syaikh Musa Alu Nasr, Syaikh Ziyad, Dauroh-dauroh lain dengan beberapa masyayikh yaman dll | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Belajar bersama dengan kawan-kawan di kampuz jalanan Bantul

Related Articles

Back to top button