FiqihKonsultasi

Mengatasi Lupa Rakaat Shalat, Was-Was, dan Ragu

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Mengatasi Lupa Rakaat Shalat, Was-Was, dan Ragu

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Mengatasi Lupa Rakaat Shalat, Was-Was, dan Ragu, selamat membaca.


Pertanyaan:

Salam ustadz, semoga ustadz dan keluarga selalu dalam lindungan Allah (). Izin bertanya, ketika sholat saya terkadang ragu apakah sudah mengerjakan suatu gerakan atau bacaan dalam sholat, dalam kondisi sudah terlewatkan (Contoh: dalam kondisi sujud, ragu apakah tadi sudah membaca surat al-Fatihah, atau dalam kondisi berdiri ragu apa tadi sudah sujud yang kedua), apa yang sebaiknya dilakukan jika kondisi demikian agar sholat tidak sia-sia, dan mohon solusi agar tidak terulang. Sebelumnya terima kasih ustadz.

(Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS)


Jawaban:

Aamiin, semoga juga anda, keluarga dan kita semua Allah berikan kebahagiaan dan kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini.

Rasa was-was/ragu-ragu yang sering muncul dalam sholat kita, terkadang diakibatkan dari perilaku amaliyah ibadah dalam kehidupan keseharian.

Sebagaimana yang kita tahu bahwa sholat adalah kunci dari banyak sendi kehidupan seorang muslim dan bisa menghapuskan dosa dosa kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ

Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu`, khusyu’ dan ruku’nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa. [HR Muslim]

Bila sholatnya baik maka ia sebagai tanda banyak kebaikan yang telah ia lakukan, disamping ia sebagai perisai pintu pencegah kemungkaran dan keburukan dalam kehidupan seorang muslim. Sebagaimana firman Allah

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [al-Ankabut/29 : 45]

Melihat penting dan keutamaan sholat di atas, maka tentunya setan berusaha keras untuk mengganggu dan merusak sholatnya seorang muslim. Baik ketika di awal melangkah, setan menggodanya supaya lalai, ia tinggalkan atau menjalankannya dengan banyak kekurangan. Atau di saat /di tengah tengah menjalankannya setan menjadikannya tidak khusyuk dan tumakninah.

Bisa juga, ragu ragu yang sering muncul, sebagai salah satu indikator dari kelemahan agama yang dimiliki. Baik kelemahan secara teori ataupun lemah secara amali. Karena semakin agamanya kuat, biasanya akan semakin perhatian dan menikmati sholatnya. Sebagaimana yang Rasulullah nyatakan dengan kenikmatan sholat sebagai penghibur diri, “

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ

Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR. Ahmad12293, Nasai 3956, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)

Ada amalan amalan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki sholat kita, terutama dari kelalaian dan kekhusyu’an di dalam menjalankannya, antara lain :

1) Banyak bertaubat dari perbuatan perbuatan lalai yang masih di kerjakan di luar sholat.

2) Banyak berdoa dan berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyu`, dan meminta kepada Allah untuk di berikan kekhusyu’an, kemantapan dan kelezatan dalam menjalankan sholat. Sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ

Ya, Allah. Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. [HR Tirmidzi]

3) Menjalankan sholat dengan persiapan yang baik, tidak tergesa gesa, dan sesuai waktunya.

4) Perhatian kepada setiap syarat, rukun, wajib, sunnah serta larangan larangan yang bisa menjadikan kita tidak fokus dan lalai.

Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُهَا قَالَ لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا أَوْ قَالَ لَا يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُود

“Sejelek-jelek pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya”. Mereka bertanya,”Wahai, Rasulullah. Bagaimana seseorang mencuri shalatnya?” Rasulullah menjawab,”Dia tidak menyempurnakan ruku` dan sujudnya,” atau ia (Rasulullah) berkata : “Tidak menegakkan tulang punggungnya ketika ruku’ dan sujud”. [Diriwayatkan oleh Ahmad]

Dengan memperhatikan bacaan sholat dan hal hal di atas, juga dari nasihat nasihat dari para ulama dan guru guru kita, maka insyaallah rasa was-was dan keragu-raguan yang sering kita derita akan berkurang atau bahkan sirna dan Allah gantikan dengan kelezatan dan kemantapan di dalam menjalankannya, Sehingga nantinya bisa mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta’ala.”

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. [al-Mukmin/23 : 1-2].

Bila agama seseorang di rasa telah bagus, kemudian sesekali merasakan keragu-raguan atau lupa dalam beberapa hal, maka hal itu wajar sebagaimana manusia biasa.

Rasul pun juga pernah mengalami lupa, sebagaimana sabda beliau:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي (رواه البخاري :401)

Sungguh saya adalah manusia seperti kalian, saya juga lupa sebagaimana kalian juga lupa, maka jika saya lupa ingatkalah”. (HR. Bukhori: 401)

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu hadits shahih tentang seorang laki-laki yang merasakan sesuatu di perutnya seolah-olah ia telah berhadats, sehingga ia ragu-ragu apakah telah berhadats ataukah belum, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا , أَوْ يَجِدَ رِيْحًا

(janganlah ia keluar dari shalatnya sehingga mendengar suara atau mendapatkan baunya).

Bila hal di atas terjadi, maka hendaknya ia membangun keyakinan dari apa yang menjadi ragu atasnya kemudian ia lakukan sujud sahwi atau amalan yang lain yang diajarkan. Sehingga sangat diperlukan pemahaman terkait hukum dari objek lupa yang di alami, apakah rasa ragu terkait dengan syarat, rukun, wajib ataupun hal sunnah lainnya. Sehingga dengan mengetahui hukum dan solusi ketika lupa, sholatnya tidak hilang sia sia di samping selalu dengan peningkatan dan perbaikan kualitas agama dan amal ibadah, karena itu sangat berperan.

Wallahu a’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
USTADZ MU’TASIM, Lc. MA. حفظه الله
Jumat, 9 Shafar 1443 H/ 17 September 2021 M


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi Bimbingan Islam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله 
klik disini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button