KeluargaKonsultasi

Kamu Harus Tahu, Agar Tidak Menjadi Menantu Durhaka

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Kamu Harus Tahu, Agar Tidak Menjadi Menantu Durhaka, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Izin bertanya Ustadz. Suami saya pekerja proyek konstruksi dan selalu dapat proyek di luar kota. Sebelum menikah kami membuat perjanjian kalau suami libur kerja kami tinggal di rumah orang tua suami (mertua saya) dan kalau suami kerja ke luar kota saya tinggal di rumah orang tua saya sendiri. Suami setuju. Sebelum punya anak kesepakatan berjalan sesuai dengan perjanjian di awal dan mertua juga ridho.

Namun setelah anak kami lahir, yang merupakan cucu pertama di keluarga suami. Mertua saya melarang dan tidak ridho jika saya minta pulang ke rumah orang tua saya sendiri bersama anak saya selama suami bekerja di luar kota, karena tidak mau berjauhan dengan cucunya. Padahal suami mengizinkan asalkan sesekali datang ke rumah mertua. Dan saya sendiri juga merasa kurang nyaman jika tinggal di rumah mertua jika suami tidak ada.

Pertanyaan saya ustadz:

1. Apakah saya termasuk menantu durhaka jika saya tetap meminta pulang ke rumah orang tua saya sesuai kesepakatan dengan suami tetapi tidak diridhoi mertua.

2. Bagaimana seorang menantu bisa masuk dalam kategori durhaka terhadap mertua. Mohon solusinya ustadz.

جزاك اللهُ خيراً

(Disampaikan oleh Anggota Grup WA Sahabat BiAS)


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Setelah menikah, keluarga pasangan tentunya akan jadi bagian dari keluarga besar juga. Dengan begitu, bakti sebagai seorang istri tak hanya pada suami (prioritas) dan orang tua kandung, tetapi juga ia dituntut untuk berbuat ihsan dan lemah lembut pada mertua. Allah Ta’ala berfirman;

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“… Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. ” (QS. al-Baqarah: 195).

Dalam firman yang lain;

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْففَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. an-Nahl: 90).

Dari sahabat Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu . . .” (HR. Muslim, no. 1955)

Namun, tak jarang menantu wanita yang mengalami ketegangan atau tak akur dengan ibu mertua. Namun, hal ini sebenarnya dapat dihindari dengan menjalin hubungan yang rukun dan harmonis, tentunya hal ini telah didahului oleh ilmu dan keimanan.

1. Jika kesepakatan yang dibuat sebelum nikah adalah sebagaimana yang anda sampaikan, maka anda tidak termasuk menantu yang durhaka. Persoalan durhaka atau tidak adalah masalah yang luas, bukan hanya soal pilih tinggal dengan mertua atau tidak. Intinya adalah berbuat baik pada mertua sebagaimana kita juga berbakti pada orang tua kita sendiri, dan suami juga akan senang dengan hal ini, karena mertua anda adalah orang tua kandung suami juga.

2. Sebagaimana durhaka pada orang tua adalah berdosa besar, maka durhaka pada mertua juga memiliki kesamaan sikap dan sifat, keduanya dilarang, walau yang pertama tentunya dosanya lebih besar.

Maka jika ingin terhindar dari karakter menantu durhaka, maka kita sebagai menantu harus lebih peka, lebih perhatian dan ringan tangan, dengarkan nasihat mertua dengan baik, rendah hati dan mau memberikan penjelasan dengan santun dan penuh tata krama, beri waktu anak dengan neneknya dengan porsi lebih banyak, rajin silaturahim dan membawa hadiah, juga senjata terakhir adalah mendoakan kebaikan bagi mereka. Semoga Anda segera menjadi menantu idaman.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Rabu, 29 Rajab 1443 H/ 2 Maret 2022 M


Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at
Back to top button