AqidahKonsultasi

Ikut Berperang Tapi Mati Jahiliyah, Golongan Apa Mereka?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Ikut Berperang Tapi Mati Jahiliyah, Golongan Apa Mereka?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Ikut Berperang Tapi Mati Jahiliyah, Golongan Apa Mereka?, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah menjaga ustadz, ana izin bertanya.. “Siapa yang berperang karena sebab yang tidak jelas, marah karena fanatik kelompok, atau motivasi ikut kelompok, atau dalam rangka membantu kelompoknya, kemudian dia terbunuh, maka dia mati jahiliyah.” (HR. Muslim 1848).

Pertanyaan ana, maksud ‘sebab yang tidak jelas’ disini bagaimana ya ustadz? Apakah bisa dirincikan? Sekian

جزاك اللهُ خيراً

Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ومن قاتل تحت رايةٍ عَمِيَّةٍ ، يغضبُ لعَصَبِيةٍ ، أو يَدْعُو إلى عَصَبِيَّةٍ ، أو ينصرُ عَصَبِيَّةً ، فقُتِلَ ، فقَتْلُه جاهليةٌ

“Siapa yang berperang karena sebab yang tidak jelas, marah karena fanatik kelompok, atau mengajak kepada fanatik kelompok, atau dalam rangka membantu kelompoknya, kemudian dia terbunuh, maka dia mati jahiliyah.” (HR. Muslim 1848).

Di terangkan oleh imam Nawawi rahimahullah ta`ala di dalam Syarh Muslim beliau menjelaskan pada kalimat tersebut (“Siapa yang berperang karena sebab yang tidak jelas),” ia adalah perkara buta/gelap yang tidak jelas arahnya.

Begitulah yang telah di katakan oleh Ahmad bin Hambal dan mayoritas ulama, dan Ishaq bin Rahayuh,” ini seperti permusuhan suatu kaum karena faktor `ashabiyah/Fanatik.” (Sharh Shahih Muslim, Imam Nawawi : 12/238)

Juga disebutkan di dalam kitab Annihayah oleh ibnu Atsir ,” ia bentuk kata dari Fa`ilah, yang berarti “buta dan kesesatan”, semisal berperang karena kefanatikan dan hawa nafsu.“

قال الطيبي: قوله تحت راية عمية، كناية عن جماعة مجتمعين على أمر مجهول، لا يعرف أنه حق أو باطل، فيدعون الناس إليه ويقاتلون له أهـ.

والمقصود من هذا أن الضابط في الراية العمية: أنها الأمر الذي لا يستبين وجهه، كقتال القوم عصبية للقبيلة والعشيرة أو لنصرة طاغوت أو إقامة حكم بغير ما أنزل الله، يجمع ذلك كله: الباطل.

Berkata Attaibi,” perkataan beliau “ dibawah perkara yang tidak jelas ( bendera kebutaan) adalah permisalan dari suatu kelompok yang berkumpul atas perkara yang tidak jelas, yang tidak diketahui ia benar atau batil, sehingga mereka menyeru manusia lain dan berperang untuk nya.”

Sehingga maksud dari “perkara yang tidak jelas” adalah perkara yang tidak jelas arahnya seperti perangnya suatu kelompok karena faktor fanatik kabilah, fanatik keluarga, untuk membela thaghut atau mereka yang ingin menegakkan hukum selain hukum Allah, yang semua makna tersebut terkumpul dalam makna “ kebatilan atau kesesatan” , seperti yang di sebutkan dalam firman Allah ta`ala,”

 وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا

“Barang siapa didunia ini dia buta, maka diakhirat dia juga buta dan tersesat jalanya “. (QS. Al Isra’ : 72)

(Lihat : https://www.alukah.net/sharia/0/43781/#ixzz76WR5yVYt)

Maka selalu kita mencoba dalam beramal , bergerak, membela dan berjuang untuk selalu melihat niat dan tujuan kita, yang semua harus diarahkan untuk menegakkan kalimat dan agama Allah ta`ala bukan kepentingan pribadi atau kefanatikan kelompok, sebagaimana Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَقَٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ لِلَّهِۖ فَإِنِ ٱنتَهَوۡاْ فَلَا عُدۡوَٰنَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩٣

“Dan perangilah mereka itu hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah: 193)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Barang siapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah ‘azza wa jalla setinggi-tingginya, itulah berperang di jalan Allah ‘azza wa jalla.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah menjaga diri kita dari perkara perkara diatas.

Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button