Ikhlas dalam Menegur dan Menasehati

Fiqih Teguran dan Nasehat (2)
Adab Menasehati: Ikhlas dalam Menegur dan Menasehati
Adapun adab-adab dalam menegur dan menasihati antara lain adalah: Ikhlas dalam Menegur dan Menasehati
Sebelum anda menasehati teman anda maka tanamkan dalam diri anda rasa ikhlas. Hendaknya yang menjadi tujuan utama anda adalah wajah Allah Subhanahu wa ta’ala. Percayalah orang yang ikhlas nasehatnya lebih bisa didengar dan perkataannya lebih mudah untuk diterima. Kalaupun nasehatnya tidak diterima diapun tidak akan sakit hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
“Sesungguguhnya semua amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang dia niatkan, barang siapa yang hijrahnya untuk allah dan rasulnya maka hijrahnya pun untuk allah dan rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin dia dapatkan atau wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya pun terhadap apa yang dia niatkan” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Diantara makna ikhlas yaitu bersih dan suci dari adanya riya’. Riya’ yaitu keinginan supaya amalnya dilihat orang lain. Seorang yang hendak menasehati saudaranya maka perlu baginya menyembunyikan nasehatnya yaitu menasehati dia di kala sepi secara empat mata. Karena bisa jadi ketika dia dinasehati, dia enggan menerima nasehat tersebut. Bukan karena dia tidak mau menerima kebenaran, akan tetapi karena anda telah menjatuhkan martabatnya di hadapan orang banyak. Namun ambillah tangannya, bawalah dia ke tempat yang sepi, kemudian nasehatilah dia.
Imam Syafi’i berkata dalam syairnya,
تعمدني بنصحك في انفرادي * وجنبني النصيحة في الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع * من التوبيخ لا أرضى استماعه
Arahkan nasehatmu padaku ketika aku sendirian
Dan tinggalkan nasehat itu ketika banyak orang
Karena sesungguhnya menasehati di hadapan manusia termasuk jenis
menjelek-jelekkan, aku tidak rela mendengarkannya
Hukum asal menasehati adalah secara sembunyi kecuali jika di dalamnya terdapat pelajaran bagi orang banyak atau adanya manfaat untuk mereka. Maka tidak mengapa kesalahan tersebut diluruskan dihadapan orang banyak dengan tanpa menyebut si pelaku kesalahan. Ibunda ‘Aisyah pernah berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا بلغه عن الرجل الشيء، لم يقل: ما بال فلان يقول كذا وكذا؟، ولكن يقول: ما بال أقوام يقولون كذا وكذا؟
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai kepadanya berita tentang kesalahan seseorang beliau tidak pernah berkata: kenapa si fulan berkata begini dan begini? Akan tetapi beliau berkata: kenapa suatu kaum berkata begini dan begini” (H.R. Abu Daud no 4788)
Pada suatu hari seorang budak wanita datang kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan berkata: “Bantulah aku untuk memerdekakan diriku.” Lalu ‘Aisyah berkata: “Aku akan membantumu tapi dengan syarat hak perwalianmu untukku.” Kemudian pergilah wanita tersebut kepada keluarganya untuk mendiskusikan hal ini, setelah dia sampaikan kepada keluarganya ternyata keluarganya menolak. Lalu datanglah kembali wanita tersebut kepada ‘Aisyah seraya berkata: “Wahai ‘Aisyah aku telah sampaikan pada keluargaku persyaratanmu, tapi mereka menolaknya, mereka ingin hak perwalianku untuk mereka.” Lalu ‘Aisyah menceritakan ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaupun bersabda: “Ambillah dia dan syaratkan kepada keluarganya hak perwaliannya, karena sesungguhnya hak perwalian itu bagi yang memerdekakan.” Kemudian Rasulullah berdiri berkhutbah di hadapan manusia, memuji Allah, dan menyanjungNya. Kemudian beliau bersabda:
ما بال رجال يشترطون شروطا ليست في كتاب الله، كل شرط ليس في كتاب الله فهو باطل وإن كان مئة شرط
“Kenapa orang-orang mensyaratkan syarat-syarat yang tidak ada dalam Kitabullah. Setiap syarat yang tidak ada dalam Kitabullah maka syarat tersebut batil, walaupun sebanyak seratus syarat” (Cerita lengkapnya dapat dibaca dalam riwayat Al Bukhari no. 2168 dan Muslim no. 1504)
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengusahakan nasehat secara empat mata. Karena hal demikian akan membuat nasehat tersebut dapat lebih diterima oleh saudara kita.
Ditulis Oleh:
Ustadz Al-iskandar Bahr حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)