Nikah

Hukum Seorang Akhwal Menikahi Seorang Syarifah?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Hukum Seorang Akhwal Menikahi Seorang Syarifah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Hukum Seorang Akhwal Menikahi Seorang Syarifah? Selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ijin bertanya, apa hukum seorang Akhwal menikahi seorang Syarifah? Kalau kita mencintai saja apakah boleh/tidak Ustadz? Mohon penjelasannya.

جزاك الله خيرا

(Dari Fulan Anggota Grup Whatsapp Sahabat BiAS)


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du., selamat membaca.

Sebelum kami menjawab pertanyaan ini, perlu kami sampaikan terlebih dahulu apa itu Akhwal dan apa itu Syarifah.

Secara bahasa bahasa Akhwal adalah bentuk jamak dari kata Khal yang berarti paman atau saudara tua ayah. Dahulu orang orang arab sewaktu datang ke nusantara mereka biasa menyebut penduduk pribumi dengan sebutan Akhwal atau saudara tua dari ayah.

Sedangkan menurut istilah yang beredar luas di negeri kita Akhwal adalah sebutan untuk orang pribumi atau non arab.

Sedangkan Syarifah adalah wanita yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Alias wanita keturunan nabi. Kalau keturunan nabi yang lelaki biasa disebut sebagai Habib.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Syarifah adalah : “Wanita yang mulia (sebutan bagi wanita keturunan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam yang langsung dari Husen).”

Kemudian tentang pertanyaan apakah sah pernikahan seorang lelaki pribumi yang bukan arab, bukan keturunan nabi dengan seorang wanita arab yang masih keturunan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Atau orang arab tapi bukan keturunan nabi menikah dengan Syarifah.

Pertanyaan serupa pernah diajukan kepada salah seorang ulama besar di negeri kita Syeikh Ahmad bin Muhammad As Surkati dan beliau menjawab sah pernikahan tersebut. Fatwa ini kelak di kemudian hari dikenal dengan fatwa Solo karena pertanyaan diajukan saat belau berada di kota Solo.

Ada fatwa lagi dari ulama lain yang berstatus sebagai Habib yaitu Asy Syeikh Al Habib Alwi bin Abdul Qadir As Segaf, beliau menyatakan:

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين القائل: (لا فضل لعربي على عجمي إلا بالتقوى)

فقد اختلف الفقهاء في اعتبار كفاءة النسب في النكاح فمنهم من اعتبره وقال لا يصح لغير الشريف أن يتزوج بالشريفة الهاشمية، والصحيح أنه ليس شرطاً معتبراً في النكاح فقد زوَّج النبيُّ صلى الله عليه وآله وسلم زينب بنت جحش القرشية من زيد بن حارثة مولاه، وزوج فاطمة بنت قيس الفهرية القرشية من أسامة بن زيد، وتزوج بلال بن رباح بأخت عبد الرحمن بن عوف القرشية، و زوَّج النبيُّ صلى الله عليه وآله وسلم ابنتيه من عثمان ابن عفان رضي الله عنه وهو ليس بهاشمي بل من بني عبد شمس، وزوَّج علي ابنته أم كلثوم بنت فاطمة الزهراء من عمر بن الخطاب رضي الله عنهم جميعاً وهو عدوي وليس بهاشمي، وفي الحديث: [1] رواه الترمذي وحسنه.

Baca Juga:  Apa Tugas Wali Nikah?

“Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasul yang terpercaya di mana beliau pernah bersabda; Tidak ada keutamaan bagi orang arab dibanding dengan non arab melainkan hanya ketaqwaan.

Amma ba’du

Para ulama berselisih pendapat tentang kesetaraan nasab di dalam pernikahan. Di antara mereka ada yang menganggapnya dan berkata; Tidak boleh orang yang bukan Syarif menikahi wanita Syarifah dari Bani Hasyim.

Pendapat yang benar adalah kesamaan nasab itu tidak menjadi syarat sahnya pernikahan. Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menikahkan Zainab binti Jahsy Al Qurasiyah dengan Zaid bin Haritsah yang merupakan maula beliau.

Dan beliau juga menikahkan Fatimah binti Qais Al Fihriyah Al Qurasyiyah dengan Usamah bin Zaid. Dan Bilal bin Rabbah juga menikah dengan saudari dari Abdurrahman bin Auf dari suku Quraisy.

Nabi juga menikahkan putri beliau dengan Utsman bin Affan padahal beliau bukan dari Bani Hasyim bahkan beliau malah berasal dari bani Abdu Syams.

Dan Ali juga menikahan putrinya yaitu Ummu Kultsum binti Fatimah Az Zahra dengan Umar bin Khathab radhiyallahu anhum sementara Umar berasal dari Bani Adi bukan Bani Hasyim.

Di dalam hadits disebutkan : Jika telah datang kepada engkau seorang lelaki yang engkau ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia.”

(Fatawa Ad Durar As Saniyah no. 292).

Kesimpulannya adalah sah pernikahan antara Akhwal dengan Syarifah jika sama sama ridha dan terpenuhi syarat serta rukun pernikahannya.

Wallahu a’lam


Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al-Bayati, BA. حفظه الله
Rabu, 3 Jumadil Awwal 1443 H/8 Desember 2021 M

Ustadz Abul Aswad Al-Bayati, BA.
Dewan konsultasi Bimbingan Islam (BIAS), alumni MEDIU, dai asal klaten
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abul Aswad Al-Bayati حفظه الله klik disini

  1. إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فأنكحوه
Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Abul Aswad Al Bayati, BA.

Beliau adalah Alumni S1 MEDIU Aqidah 2008 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Malang tahunan dari 2013 – sekarang, Dauroh Solo tahunan dari 2014 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Koordinator Relawan Brigas, Pengisi Kajian Islam Bahasa Berbahasa Jawa di Al Iman TV

Related Articles

Back to top button