Hukum Membaca Doa Kaffaratul Majlis Di Luar Majlis Ilmu

Hukum Membaca Doa Kaffaratul Majlis Di Selain Majlis Ilmu
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Hukum Membaca Doa Kaffaratul Majlis Di Luar Majlis Ilmu. selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Apakah boleh menutup rapat di kantor dengan doa kaffaratul majelis? Sedangkan di rapat tersebut membahas persoalan kegiatan kantor yang bukan merupakan soal-soal agama misal membahas rencana kerja, anggaran, dll urusan dunia.
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Diperbolehkan untuk membaca doa kaffarotul majlis dalam setiap perkumpulan dan percakapan yang kita lakukan, baik terkait dengan majlis ilmu ataupun di dalam majlis lain yang terkait dengan obrolan biasa,dunia dan sebagainya.
Sebagaimana yang di sebutkan dalam dalil doa kaffarotul majlis yang tidak menghususkan majlis yang di lakukan, bahkan lafadz yang dilakukan adalah majlis yang banyak di dapatkan hal yang sia sia, maka Rasulullah mengajarkan doa yang bisa menghapuskan kelalaian yang telah di lakukan di dalam obrolannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallahu alaihi wasallam,”
مَنْ جَلَسَ في مَجْلِسٍ ، فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ في مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barangsiapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat untuk akhiratnya) kemudian ia mengucapkan sebelum bangkit dari majelisnya itu, yang artinya (Mahasuci Engkau Wahai Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu). Melainkan diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.” (HR. Tirmidzi, no. 3355).
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله