KonsultasiMuamalah

Hukum Jual Beli Dengan Pelaku Riba dan Pencuri, Apakah Beda?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Hukum Jual Beli Dengan Pelaku Riba dan Pencuri, Apakah Beda?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hukum jual beli dengan pelaku riba dan pencuri, apakah beda?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Alloh selalu jaga ustadz dan keluarga serta kaum muslimin dimanapun berada, aamiin.

Izin bertanya, bagaimana dengan bermuamalah dengan pelaku riba, apakah halal atau haram?
Misalnya rumah saya akan disewa oleh pegawai bank yang mana uang sewanya diberi oleh bank tempat dia bekerja sebagai dana rumah dinas. Apakah uang sewa tersebut halal atau haram ustadz?
Syukron atas jawabannya

(Disampaikan oleh Fulan, Member grup WA BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du

Para ulama merinci hukum bermuamalah dengan orang yang memiliki harta haram:

1. jika harta haram tersebut berkaitan dengan hak orang lain, seperti barang curian, maka kita tidak boleh bertransaksi untuk mendapatkan harta tersebut baik dengan akad hibah atau jual beli, karena harta tersebut bukanlah harta orang tersebut. Disebutkan dalam mausu’ah kuwaitiyyah:

لا خلاف بين الفقهاء في وجوب رد المسروق إن كان قائما إلى من سرق منه، سواء كان السارق موسرا أو معسرا، سواء أقيم عليه الحد أو لم يقم، وسواء وجد المسروق عنده أو عند غيره

“Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam permasalahan wajibnya mengembalikan barang curian -jika terbukti- kepada pemiliknya, baik pencuri dalam keadaan lapang maupun susah, baik sudah ditegakkan had potong tangan maupun belum, dan sama saja apakah barang curian ada padanya ataupun orang lain”
(lihat mausuah fiqhiyyah kuwaitiyyah : 24/345).

2. jika harta tersebut didapatkan dengan keridhoan tanpa paksaan, namun dengan transaksi yang diharamkan Allah, maka sebagian ulama membolehkan untuk melakukan transaksi dengan orang tersebut dengan transaksi yang halal, karena keharaman tidak berhubungan dengan harta namun dengan cara mendapatkannya.

Syaikh ‘utsaimin rahimahullah berkata:

قال بعض العلماء : ما كان محرما لكسبه ، فإنما إثمه على الكاسب لا على من أخذه بطريق مباح من الكاسب ، بخلاف ما كان محرما لعينه ، كالخمر والمغصوب ونحوهما

“Sebagian ulama berkata: harta yang diharamkan karena cara mendapatkannya, maka dosanya hanya bagi pelakunya bukan bagi orang yang mendapatkannya dengan cara mubah dari pelaku tersebut, berbeda halnya dengan dengan harta yang diharamkan dzatnya seperti khamr, barang curian dan semisalnya.”
(Al qaulul mufid :3/112)

Namun, menjauh dari hal tersebut tentu lebih utama, mencari orang yang hartanya halal jauh lebih utama daripada bermuamalah dengan orang tersebut.

Wallahu a’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Senin, 02 Rabiul Awwal 1442 H / 19 Oktober 2020 M



Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى 
klik disini

Ustadz Muhammad Ihsan, S.Ag., M.HI.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2011 – 2015, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2016 – 2021 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Syaikh Sulaiman & Syaikh Sholih As-Sindy di Malang 2018, Beberapa dars pada dauroh Syaikh Sholih Al-’Ushoimy di Masjid Nabawi, Dauroh Masyayikh Yaman tahun 2019, Belajar dengan Syaikh Labib tahun 2019 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kegiatan bimbingan islam

Related Articles

Back to top button