Fiqih

Hukum Bersuci Menggunakan Batu atau Tisu

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Hukum Bersuci Menggunakan Batu atau Tisu

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan hukum bersuci menggunakan batu atau tisu. Selamat membaca.


Pertanyaan:

Bismillah, izin bertanya, dalam materi yang sudah saya dapatkan, yang terbaik dalam bersuci itu pakai batu dahulu, lalu pakai air. Apakah itu senilai keutamaannya bila kita memakai tisu dahulu lalu pakai air? Baarakallahu fiik.

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)


Jawaban:

Bismillah.

Para ulama telah menganalogikan tisu kepada batu, dengan kesamaan fungsi yang didapatkan di dalam keduanya, bahkan sebagian ulama mengatakan tisu lebih baik karena lebih lembut dan lebih bisa membersihkan/menghilangkan najis dari tempatnya, baik tisu basah ataupun kering.

Maka hukum yang diberlakukan terhadap tisu sama dengan batu. Sebagaimana yang ada di dalam kaidah fikih:

الحكم يدور مع العلة وجودا و عدما

“Hukum itu berputar bersama illatnya dalam mewujudkan dan meniadakan hukum”

Dengan bolehnya menggunakan tisu seperti batu dalam istijmar, selama di dalam penggunaanya memang benar-benar bisa membersihkan benda najisnya, bukan semakin memperluas najis, maka hukum dan sifatnya sama seperti batu.

Bisa menggunakan air saja, tisu saja, apakah keduanya dengan mendahulukan tisu terlebih dahulu atau tisu belakangan untuk menyeka air dari kulitnya.

Berikut sebagian hukum yang dijelaskan oleh para ulama, di antaranya sebagai berikut:

قال ابن قدامة في المغني: وإن أراد الاقتصار على أحدهما فالماء أفضل، لما روينا من الحديث، ولأنه يطهر المحل ويزيل العين والأثر وهو أبلغ في التنظيف. وإن اقتصر على الحجر أجزأه بغير خلاف بين أهل العلم، لما ذكرنا من الأخبار ولإجماع الصحابة رضي الله عنهم. انتهى.

Baca Juga:  Menyemir/ Mewarnai Rambut

“Berkata Ibnu Quddamah di dalam kitab al-Mughni,” Dan bila mencukupkan diri dengan salah satunya maka menggunakan air lebih utama, sebagaimana yang kami sebutkan dalam riwayat hadist, karena air dapat mensucikan tempat, menghilangkan benda najisnya serta efek bersihnya lebih kuat. Dan bila menggunakan batu saja, maka sudah cukup tanpa ada khilaf diantara para ulama. Sebagaimana yang telah kami sebutkan dari beberapa riwayat (hadist) dan ijma` para sahabat radhiyallahu anhum.

وقال الشيخ العثيمين: نعم، يجزئ في الاستجمار استعمال المناديل، ولا بأس به، لأن المقصود من الاستجمار هو إزالة النجاسة سواء ذلك بالمناديل أو الخرق أو بالتراب أو بالأحجار، إلا إنه لا يجوز أن يستجمر الإنسان بما نهى الشرع عنه، مثل العظام والروث. انتهى.

Berkata syekh Ibnu Utsaimin rahimahullahu ta`ala,” ya, cukup melakukan istijmar dengan menggunakan tissue, tidak mengapa. Karena tujuan dari istijmar adalah menghilangkan najis. Baik dengan menggunakan tissue, kain perca, atau tanah atau bebatuan. Namun tidak boleh beristijmar dengan menggunakan apa yang di larang oleh syari`at, semisal tulang dan kotoran hewan.” (Majmu` Fatawa Ibnu Utsaimin : 4/112)

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Kamis, 20 Muharram 1443 H/ 18 Agustus 2022 M


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik disini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button