KonsultasiManhaj

Hadits Dilarang Berkawan Dengan Pemimpin yang Dzolim

Pendaftaran Grup WA Madeenah

HADITS DILARANG BERKAWAN DENGAN PEMIMPIN YANG DZOLIM

Pertanyaan

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Pertanyaan dari Sahabat BiAS
Apakah hadist berikut ini shohih?

———–

RASUL ﷺ TIDAK MENGAKUI UMATNYA YANG BERKAWAN DENGAN PENGUASA ZALIM

Saya heran mengapa hadits ini jarang dibahas, atau hampir-hampir tak terdengar. Ataukah mungkin kita yang lalai?

Rasulullah ﷺ bersabda;

«اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ»

“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin?
Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).

Hai muslim, tahukah kamu apa itu telaga Nabi ﷺ?
Setiap Nabi memiliki telaga, dan mereka berbangga dengan banyak pengikutnya yang akan singgah padanya.
Telaga Rasul kita Muhammad ﷺ adalah paling ramai.
Padanya ada gelas yang jumlahnya seperti bintang di langit.
Siapa yang meminum darinya tak akan haus selamanya.
Telaga ini terletak di padang Mahsyar sebelum para hamba melewati shirath.
Airnya mengalir dari sungai / telaga Kautsar yang ada di Jannah.

Namun sayang, ada umat Nabi ﷺ yang akan diharamkan dan diusir dari telaganya.
Tahukah kamu siapa mereka?

Akan ada pemimpin-pemimpin pandai berdusta dan menzalimi rakyatnya.
Siapa yang;
1. Berkawan dengan mereka
2. Selalu membenarkan keputusan pemerintah, meski dengan modal dusta
3. Menyokong mereka menzalimi rakyat

Rasulullah ﷺ mengancam mereka;
1. Mereka tidak diakui sebagai pengikut Rasul ﷺ. Meskipun mereka merasa diri sebagai pengikut Sunnah / Salaf.
2. Rasul ﷺ tidak sudi dianggap oleh mereka. Wa Lastu Minhu
3. Mereka diusir dari telaga Nabi ﷺ.

Wahai Ulama…
Wahai Ustadz…
Wahai Muslim…
Ittaqullah…

Kamu merasa di atas Sunah Rasul ﷺ, padahal beliau tidak akui. Karena kamu selalu membela penguasa zalim.
———-

Syukron wa jazakallah khoyron.

( Ditanyakan oleh Roi Bachtiar, Admin BiAS)

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.

Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi : 2259, An-Nasa’i : 4207, Ibnu Hibban : 285, Ahmad : 4/243 no. 18126.

Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al-Albani dan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan : Haditsini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani di dalam Al-Austah dan rijalnya Tsiqat (Majma’uz Zawa’id : 10/230-231).

Dan silahkan dibaca kembali redaksi hadits ini dengan cermat, ia menjadi dalil bahwa kita tidak mentaati penguasa di dalam kemaksiatan dan kezaliman. Akan tetapi hadits ini juga tidak menjadi dalil bolehnya mencaci penguasa dan bolehnya memberontak kepada penguasa.

Kemudian apa yang dimaksud dengan berkawan dengan penguasa di sini ?

Jika yang dimaksud dengan berkawan adalah dengan mendukung kezhaliman penguasa muslim, maka itu adalah hal yang diharamkan dengan kesepakatan kita semua.

Namun jika yang dimaksud dengan berkawan adalah menyampaikan nasehat kepada mereka secara sembunyi tanpa terang-terangan dan mengumbar aib, dan tidak mendukung kezaliman mereka.
Maka itulah yang diperintahkan oleh Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam

Dalam sebuah hadits
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ

“Barang siapa ingin menasihati seorang penguasa, maka jangan ia tampakkan terang-terangan ! Akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan penguasa tersebut dan menyendiri dengannya. Jika dengan itu ia menerima (nasihat) darinya, maka itulah yang diharapkan. Dan jika tidak menerima, maka ia (yang menasihati) telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya.”
(HR. Ahmad, Ibnu Abu ‘Ashim dan yang lain, disahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Zhilalul Jannah, no. 1096-1098).

Sehingga tidak ada pertentangan sama sekali di dalam hadits ini dengan hadits-hadits lain tentang wajibnya mentaati penguasa di dalam hal yang baik, dan tidak mentaati mereka di dalam kezaliman disertai dengan tidak mencaci maki mereka, dan tidak memberontak terhadap mereka. Akan tetapi mendoakan kebaikan dan menasehati mereka dengan baik.

Wallohu A’lam
Wabillahit Taufiq.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al Bayati فظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)

Tanya Jawab
Grup WA Admin Ikhwan Bimbingan Islam
Senin, 10 Jumadal Akhir 1439H / 26 Februari 2018M

 

 



Ustadz Abul Aswad al Bayati, BA فظه الله
Beliau adalah Alumni Mediu, Dewan konsultasi Bimbingan Islam, dan da’i di kota Klaten.
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abul Aswad al Bayati, BA فظه الله  
klik disini

 

Ustadz Abul Aswad Al Bayati, BA.

Beliau adalah Alumni S1 MEDIU Aqidah 2008 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Malang tahunan dari 2013 – sekarang, Dauroh Solo tahunan dari 2014 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Koordinator Relawan Brigas, Pengisi Kajian Islam Bahasa Berbahasa Jawa di Al Iman TV

Related Articles

Back to top button