Fawaid Hadist #166 | Ancaman Bagi Yang Perkataannya Menyelisihi Perbuatannya

Fawaid Hadist #166 | Ancaman Bagi Yang Perkataannya Menyelisihi Perbuatannya
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #166 | Ancaman Bagi Yang Perkataannya Menyelisihi Perbuatannya. Selamat membaca.
وَعَنْ أَبِي زَيْدٍ أُسَامَةَ بْنِ حَارثَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهٌمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: « يُؤْتَـى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَا، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّار فَيَقُولُونَ: يَا فُلاَنُ مَالَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآَتِيهِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Abu Zaid Usamah bin Haritsah radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam api neraka, maka terburailah isi perutnya dan ia berputar-putar dalam keadaan tersebut seperti seekor keledai yang berputar di penggilingan, maka berkumpullah padanya penduduk neraka, mereka berkata, “Ya Fulan, ada apa denganmu? Bukankah engkau dulu memerintahkan pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?”
Kemudian orang itu berkata, “Ya, dulu aku memerintahkan pada kebaikan, tetapi aku tidak melaksanakannya dan aku melarang dari kemungkaran, tetapi aku melakukannya.”
(HR. Al-Bukhari, no. 3267 dan Muslim, no. 2989).
Faedah Hadist
Hadist ini memberikan faedah – faedah berharga, di antaranya;
- Peringatan dan ancaman yang sangat keras terhadap orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang dari kemungkaran namun ucapannya itu bertentangan dengan perbuatannya.
- Para ahli ilmu menjelasakan bahwa apabila ada yang mengajak orang lain dalam kebaikan, namun ia sendiri tidak mengerjakannya atau melarang orang lain dari keburukan, namun ia sendiri tidak meninggalkannya, itu menunjukkan bahwa ia tidak memiliki akal dan tanda dirinya itu bodoh. Terkhusus jika ia tahu akan kebaikan dan keburukan tersebut, lalu sudah ditegakkan hujjah (argumen) atas dirinya. Karena itu dalam hadis ini diserupakan dengan keledai sebagai bentuk penghinaan.
- Siksaan yang amat pedih untuk pelaku kemaksiatan jenis ini dan perbuatan ini menunjukkan dosa besar.
- Kewajiban bagi setiap orang untuk memulai dari dirinya dan menyuruh dirinya untuk berbuat kebaikan dan melarangnya dari berbuat kemungkaran. Karena manusia yang paling besar haknya sesudah Rasulullah shållallåhu ‘alaihi wa sallam dalam menjalankan syariat agama adalah dimulai dari diri sendiri.
- Barangsiapa yang keadaannya seperti ini, maka ia bukanlah orang yang jujur (benar) dalam amar makruf nahi mungkar, karena kalaulah ia orang yang jujur dan benar dalam amar makruf, dan menyakini apa yang ia perintahkan adalah kebaikan, tentulah ia orang yang pertama kali mengamalkannya jika ia orang yang berakal.
- Manusia pada hari kiamat, ada yang saling mengenal antara satu dengan lainnya, bahkan aib-aibnya yang selama ini disembunyikan di dunia, terbongkar kelak di hadapan makhluk.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.
Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman.
“Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
*unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabiﷺ).