Fawaid Hadist #153 | Cinta & Menginginkan Kebaikan Bagi Saudara Muslim

Fawaid Hadist #153 | Cinta & Menginginkan Kebaikan Bagi Saudara Muslim
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #153 | Cinta & Menginginkan Kebaikan Bagi Saudara Muslim. Selamat membaca.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya seperti apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
Faedah Hadist
Hadist ini memberikan faedah – faedah berharga, di antaranya;
- Maksud peniadaan iman dalam hadits ini adalah tidak sempurnanya iman.
- Ukhuwah islamiyah merupakan salah satu manifestasi keimanan dan merupakan salah satu syiar Islam yang wajib untuk dipelihara dan dijaga.
- Persaudaraan dalam Islam itu bukan sekadar amalan hati berupa mencintai saudaranya sesama muslim, namun wajib dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan.
- Masyarakat muslim itu satu kesatuan, tidak bercerai berai, yang mempersatukan mereka adalah keimanan dan yang menaunginya adalah rasa cinta.
- Orang-orang beriman itu sejatinya bersaudara. Salah satu dari manifestasi dari ukhuwah itu adalah cinta dan menginginkan bagi saudaranya sama dengan dirinya dalam kebaikan, ketaatan, dan termasuk dianjurkan juga dalam perkara-perkara dunia yang mubah (hukumnya dianjurkan).
- Hukumnya wajib mencintai saudara sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Di sini dikatakan wajib karena ada kalimat penafian umum.
- Hukum asal dari kaum muslimin adalah bersaudara, dan tidak ada yang dapat membatalkan persaudaraan ini kecuali dengan bukti yang nyata dan gamblang, yaitu pembatal keislamannya.
- Wajib meninggalkan hasad, karena orang yang hasad pada saudaranya berarti tidak mencintai saudaranya seperti yang ia cintai pada dirinya sendiri. Bahkan orang yang hasad itu berangan-angan nikmat itu tidak ada pada saudaranya yang muslim.
- Kecintaan kepada seorang muslim itu sesuai kadar imannya. Artinya semakin orang itu bertakwa, maka semakin besar juga rasa cinta (karena iman) kita kepadanya. Karena itu, di antara tanda iman yang wajib adalah seseorang mencintai saudaranya yang beriman lebih (lebih bertakwa) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia pun tidak ingin sesuatu ada pada saudaranya sebagaimana ia tidak suka hal itu ada padanya. Jika cinta semacam ini lepas, maka berkuranglah imannya.
Wallahu Ta’ala A’lam
Referensi Utama: Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, oleh Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hambali, Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.
Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman.
“Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
*unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabiﷺ).