Faedah Hadist

Fawaid Hadist #113 | Bersyukur Setelah Makan Dan Minum

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Fawaid Hadist #113 | Bersyukur Setelah Makan Dan Minum

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #113 | Bersyukur Setelah Makan Dan Minum. Selamat membaca.


[div class=fawaid-hadis]

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنَّ اللهَ لَيَرْضَ عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأَكُلَ الأَ كْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا » رَوَاهُ مُسْلِمِ

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah rida terhadap seorang hamba yang apabila dia makan, lalu dia memuji kepada Allah atas nikmat tersebut, ataupun jika dia minum, dia memuji kepada-Nya atas kenikmatan tersebut.” (HR. Muslim, no. 2734).

[/div]

Faedah Hadist

Hadist ini memberikan faedah – faedah berharga, di antaranya;

1. Penjelasan yang sangat penting bahwa rida Allah Ta’ala itu dapat diraih dengan amalan yang sederhana, bahkan hanya dengan ucapan yang sangat mudah ini -segala puji bagi Allah- (Alhamdulillah). Allah Ta’ala rida terhadap hamba-Nya yang hanya mengucapkan, Alhamdulillah setelah makan atau minum. Karena adab makan dan minum ada yang bersifat ucapan dan perbuatan.

2. Motivasi dan dorongan agar setiap insan itu bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla atas segala karunia dan nikmat yang begitu banyak, karena bersyukur itu adalah jalan keselamatan dan pengabulan bertambahnya nikmat yang lain, dan hanya Allah saja yang berhak atas rasa syukur yang sempurna itu.

3. Penetapan sifat rida bagi Allah Ta’ala sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

4. Faedah berharga tentang paripurnanya ajaran agama Islam yang mulia, dimana dalam beberapa adab makan dan minum tatkala seseorang selesai dari makan dan minumnya, maka adabnya adalah mengucapkan, – Alhamdulillah- bersyukur atas nikmat-Nya ini, karena ia masih dapat makan dan minum, sebab tidak ada seorang pun yang mampu memberinya makan dan minum kecuali Allah Ta’ala saja, sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya),

“Pernahkah kamu memperlihatkan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?” (QS. Al-Wâqi’ah: 68-69).

Sekiranya Allah Ta’ala tidak menumbuhkan tanaman ini kemudian melalui banyak proses hingga sampai ke depan mulutnya, pasti ia tidak akan bisa makan. Begitu pula air, seandainya Allah Ta’ala tidak menurunkannya dari langit, kemudian diserap bumi, lalu dipancarkan banyak mata air, pasti ia juga tidak akan bisa meminumnya, demikian Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Sekiranya Kami menghendaki, nescaya Kami menjadikan asin, mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al-Wâqi’ah: 70).

5. Kemuliaan dan keutamaan sikap syukurnya seorang hamba atas nikmat yang diberikan, dan amalan ini menjadi sebab keridaan Allah Ta’ala padanya.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.


[div class=fawaid-hadis]

Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman.

Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

*unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabiﷺ).

[/div]

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button