Artikel

Di Balik Kisah Rasul Bersama Wanita Mesir

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Di Balik Kisah Rasul Bersama Wanita Mesir

Pada tahun 6 Hijriyah, terjadi peristiwa besar, peristiwa yang bersejarah yang senantiasa
dikenang oleh kaum Muslimin, yang terkenal dengan sebutan Perjanjian Hudaibiyah yang di dalamnya terdapat kesepakatan antara Nabi kaum muslimin dan kaum kuffar Quraisy utuk melakukan gencatan senjata selama sepuluh tahun.
Merasa aman dari gannggan musuh, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun memanfaatkan kesempatan genjatan senjata tersebut untuk mengepakkan sayap-sayap dakwah beliau. Beliau mengirimkan utusan-utusan ke berbagai penjuru dunia untuk menyampaikan risalah-risalah dakwah, surat ajakan masuk Islam kepada para raja, para pembesar dan penguasa di saentro pelosok negeri.
Diantara para utusan itu, ada salah seorang sahabat Nabi yang bernama Hathib bin Abi Balta’ah yang dikirim untuk menyampaikan risalah dakwah kepada Al-Muqowqis, penguasa Mesir dan Iskandariyah.
Denga penuh amanah, sang utusan pun menyapaikan risalah dakwah tersebut, dan Al- Muqowqis menerima risalah tersebut dengan penuh kehormatan, meski tidak masuk Islam. Al- Muqowqis pun membalas risalah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengirimkan hadiah-hadiah berupa pakaian, kendaraan, dan dua orang budak perempuan yang bernama Mariyah dan Sirin.
Mariyah adalah seorang wanita yang nantinya akan melahirkan putera dari baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang bernama Ibrahim, yang pada saat kematian Ibrahim putera Nabi Muhammad tersebut, terjadi gerhana matahari.
Orang Arab Jahiliyah meyakini bahwa gerhana adalah tanda kematian orang besar atau kelahiran orang besar, maka mereka pun mengait-ngaitkan gerhana tersebut tersebut dengan kematian Ibrahim, putera Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ingin membantah dan menghapus keyakinan yang bathil tersebut. Maka, Beliau pun memanggil dan mengumpulkan para sahabat beliau untuk melakukan Sholat Kusuf, sholat gerhana. Seusai melakukan sholat Kusuf, Rasulullah pun berkhuthbah :

[إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته، فإذا رأيتم ذلك فادعوا الله وكبروا وصلوا وتصدقوا [متفق عليه

Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua ayat diantara ayat-ayat (tanda-tanda
kebesaran) Allah. Gerhana itu terjadi bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, lakukanlah sholat dan bersedekahlah.”
Selain membantah keyakinan Arab Jahiliyyah, dalam khuthbahnya, Rasulullah juga mengajarkan kepada umatnya tentang apa yang hendaknya dilakukan ketika terjadi gerhana, yaitu : berdoa, bertakbir, melakukan sholat, dan bersedekah.

Hathib bin Abi Balta’ah telah sampai di Madinah dengan membawa hadiah dari Raja Al- Muqowqis. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pun menerima hadiah tersebut. Beliau mengambil Mariah yang telah masuk Islam sebelum sampai di Madinah sebagai budak perempuan beliau, dan menghadiahkan Sirin kepada salah seorang sahabat beliau, Hassan bin Tsabit.
Kedatangan Mariah ternyata membuat istri-istri Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam cemburu kepadanya. Maka, Rasulullah pun menempatkan Mariah di sebuah dataran tinggi di sekitar pintu Madinah. Beliau mengunjunginya pada berbagai kesempatan.
Suatu ketika, Rasullullah shallallaahu alaihi wasallam melakukan pertemuan dengan Mariyah di rumah salah satu isteri beliau, Hafshoh binti ‘Umar bin Khotthob. Kabar pertemuan itu ternyata didengar oleh sang pemilik rumah. Hafshoh pun marah dan berkata kepada Rasulullah :

يا رسول الله، في بيتي وعلى فراشي ؟!

Wahai Rasulullah, di rumahku dan di atas kasurku ?
Rasulullah pun berusaha untuk menenangkan isteri beliau. Beliau bersabda :

Baca Juga:  Menempel Dan Tidak Keluar Air Mani, Wajib Mandi?

لا تخبري أحدا وإن إم إبراهيم علي حرام

Jangan bilang siapa-siapa, Ibunya Ibrahim haram bagiku
Hafshoh pun kembali menimpali:

أتحرم ما أحل الله لك ؟

Apakah Engkau mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu?
Maka Rasulullah pun bersabda :

فو الله لا أقربها

Demi Allah, aku tidak akan mendekatinya.”

Sejak saat itu, Rasulullah tidak pernah mendekati Mariah, hingga Hafshoh membocorkan
berita itu kepada salah satu isteri Raasulullah yang lain, ‘Aisyah. Maka turunlah permulaan surat At-Tahrim yang di dalamnya terdapat teguran kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan kedua isteri beliau dan sekaligus pelajaran bagi seluruh umat Islam. Allah berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَ تَبْتَغِى مَرْضَاتَ أَزْوَٰجِكَ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

قَدْ فَرَضَ ٱللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَٰنِكُمْ وَٱللَّهُ مَوْلَىٰكُمْ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

وَإِذْ أَسَرَّ ٱلنَّبِىُّ إِلَىٰ بَعْضِ أَزْوَٰجِهِۦ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِۦ وَأَظْهَرَهُ ٱللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُۥ وَأَعْرَضَ عَنۢ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِۦ قَالَتْ مَنْ أَنۢبَأَكَ هَٰذَا قَالَ نَبَّأَنِىَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْخَبِيرُ

“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu Nabi menjawab: Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

إِن تَتُوبَآ إِلَى ٱللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِن تَظَٰهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ مَوْلَىٰهُ وَجِبْرِيلُ وَصَٰلِحُ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَعْدَ ذَٰلِكَ ظَهِيرٌ

“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah
condong (untuk menerima kebaikan) dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.”
Dari kisah ini, ada banyak pelajaran yang bisa kita petik, diantaranya:
1. Tak ada seorang pun yang boleh mengharamkan apa yang Allah halalkan atau menghalalkan apa yang Allah haramkan, tak terkcuali kekasih Allah, baginda Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam.
2. Segala peristiwa atau kejadian alam adalah tanda kebesaran Allah, tidak boleh dikaitkan dengan kematian, atau kehidupan atau nasib seseorang tanpa adanya dalil.

Burung gagak bukan tanda orang mati, burung hantu bukan tanda sial. Tak ada angka sial tak pula hari sial dalam Islam. Akan tetapi, kita wajib untuk bertawakkal kepada Allah.

Allahu a’lam bish showab.

Ditulis Oleh:
Ustadz Rusli Evendi, حفظه الله

(Kontributor Bimbinganislam.com)



Ustadz Rusli Evendi
Staff Pengajar Pondok Pesantren Madinatul Qur’an, Jonggol, Bogor
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abu Ruwaifi 
klik disini

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Related Articles

Back to top button