Cara Nabi ﷺ Menghindari Sifat Marah

Cara Nabi ﷺ Menghindari Sifat Marah
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Cara Nabi ﷺ Menghindari Sifat Marah, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Izin bertanya ustadz. Bagaimana cara mengendalikan diri agar tidak sering emosi ustadz? Apa yang harus dilakukan jika seseorang mudah emosi jika pendapatnya tidak didengar ustadz?
جزاك اللهُ خيراً
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
Marah adalah sifat yang tercela yang dengannya nabi melarang kepada kita untuk marah, dalam sebuah hadits dinyatakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
رَوَاهُ البُخَارِي
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” [HR. Bukhari, no. 6116].
Apalagi marah ketika mengambil keputusan sangat sangat di larang karena akan menghasilkan keputusan yang kurang tepat, ada sebuah hadits yang khusus larangan marah bagi seorang qhodi ketika memutuskan perkara:
عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: كَتَبَ أَبُو بَكْرَةَ إِلَى ابْنِهِ وَكَانَ بِسِجِسْتَانَ بِأَنْ لاَ تَقْضِيَ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَأَنْتَ غَضْبَانُ، فَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
لاَ يَقْضِيَنَّ حَكَمٌ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَهُوَ غَضْبَانُ.
Dari Abdurrahman ibn Abu Bakrah, ia berkata: Abu Bakrah menulis surat untuk anaknya yang ketika itu berada di Sijistan yang isinya: Jangan engkau mengadili diantara dua orang ketika engkau marah, sebab aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang hakim dilarang memutuskan antara dua orang ketika marah.”
[H.R Hadits Sahih riwayat Al-Bukhari: 6625]
Pesan hadits yang disampaikan:
Seorang hakim atau pemimpin hendaklah bijak dalam membuat keputusan. Jika ada perseteruan antara dua pihak, maka alangkah baiknya jika hakim itu tidak terbawa emosi dan memutuskan perkara antara mereka dengan kepala dingin.
Diantara cara agar tidak mudah marah adalah ;
- Dengan terus mengingat pada diri kita atas pahala yang besar bagi mereka yang mampu menjaga dirinya dari marah.
Pahala apa saja..?
A) Balasan syurga.
Dari Abu Ad-Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).
B) Bidadari syurga.
Dari Mu’adz Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا شَاءَ
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan).
- Sifat dan watak suka marah tidak akan mendatangkan kebaikan akan tetapi akan mendatangkan keburukan untuk diri kita sendiri atau orang yang berada di sekitar kita yang akhirnya adalah penyesalan belaka, sehingga nabipun mengatakan bahwa orang yang hebat adalah yang mampu menahan amarahnya.
Dalam sebuah hadits dinyatakan:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukanlah dengan mengalahkan (yang lain). orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika dilanda kemarahan” (HR. al-Bukhari no.6114 dan Muslim no.2609).
Dan apalagi ketika musyawarah kita hendaknya berusaha untuk senantiasa diri kita dalam keadaan tenang sehingga pikiran akan jernih dan insya Allah keputusan yang di hasilkan akan baik, dan diantara tujuan bermusyawarah adalah mengahasilkan pendapat yang paling banyak maslahatnya.
Dan hal itu tidak akan didapat apabila musyawarah hanya harus menuruti pendapat anda atau salah satu dari yang ikut permusyawarahan tersebut, apabila pendapat kita itu tidak di terima maka kita harus mendahulukan dialog terlebih dahulu dan ketika apa yang di sampaikan saudara kita benar maka kita harus lebih legowo dan berkhusnudzon.
Apabila kita sedang emosi maka ada tuntutan yang di ajarkan oleh Nabi, agar setan tidak menguasai kita ketika marah, yaitu:
- Meminta perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan ta’awudz.
- Diam, tidak mengucapkan apapun atau melakukan yang mampu merugikan.
- Berpindah posisi, apabila anda dalam keadaan duduk maka terlentang lah atau berdirilah.
- Mengambil air wudhu.
Semoga bermanfaat buat anda.
Wallahu ‘alam bisowab.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Agung Argiansyah, Lc. حافظه الله