Cara Bersyukur, Menggunakan Nikmat Untuk Ketaatan

Cara Bersyukur, Menggunakan Nikmat Untuk Ketaatan
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan: Cara Bersyukur, Menggunakan Nikmat Untuk Ketaatan. Selamat membaca.
Daftar Isi
Pertanyaan:
Saya ingin bertanya. Saya sadar ibadah masih belum istiqomah dan belum maksimal, tapi Allah tidak pernah berhenti memberikan nikmatnya kepada saya, sehingga membuat saya malu untuk berdoa kepadaNya. Bagaimana cara menyikapi sikap seperti ini ustadz?
(Ditanyakan Oleh Sahabat BIAS via Sosmed)
Jawaban:
Nikmat adalah Ujian
Suatu hal yang keliru jika menganggap ujian atau cobaan terbatas pada hal yang tidak mengenakkan saja, seperti sakit, kekurangan harta, dll.
Karena yang namanya nikmat, seperti sehat & kaya juga sebuah ujian.
Bahkan Nabi shalallahu alaihi wasallam menyebutkan dengan tegas bahwa harta secara umum itu ujian, entah itu banyak atau sedikit
إِنَّ لِكُلِ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sejatinya setiap umat itu ada fitnah atau cobaannya masing-masing, dan fitnah bagi umatku adalah harta” [Shohih Sunan At-Tirmidzi 2336]
Diantara dalil yang menyebutkan bahwa kenikmatan atau hal-hal yang menyenangkan merupakan cobaan adalah
وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَكُمۡ خَلَٰئِفَ ٱلۡأَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu” (QS Al-An’am 165)
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya” (QS Al-Kahfi 7)
Menyikapi Ujian Berupa Nikmat
Lalu apa yang harus dilakukan dalam menyikapi ujian berupa nikmat tersebut?
Bersyukur kepada Pemberi Nikmat, yakni Allah ‘Azza Wa Jalla. Bersyukur sendiri merupakan suatu ibadah yang besar, Allah berfirman
وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya” (QS An-Nahl 114)
Tatkala singgasana Ratu Saba didatangkan di hadapan Nabi Sulaiman alaihissalam dalam tempo sekejap, beliau berkata,
هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ
“Ini termasuk karunia Rabb-ku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)” (QS An-Naml 40)
Maka syukur adalah sesuatu yang mutlak, yang harus dilakukan seorang hamba atas apa yang Allah berikan kepadanya.
Dan apa hakikat syukur? Hakikat syukur adalah menggunakan nikmat tersebut dalam rangka KETAATAN.
Alangkah kurang ajarnya jika seseorang diberi nikmat oleh Allah, tetapi justru menggunakan nikmat untuk bermaksiat kepadaNya, seperti tidak menggunakan kesehatan untuk ibadah shalat, tidak menggunakan nikmat mulut & suara untuk membaca Al-Qur’an, tidak menggunakan nikmat harta untuk bersedekah, tidak menggunakan nikmat wewenang atau kekuasaan untuk amar ma’ruf nahi mungkar, dll.
Maka saat anda menyadari betapa Allah memberikan banyak nikmat kepada anda, sedangkan anda belum menjadi muslim yang istiqomah.. Sekaranglah saatnya anda berubah, perbanyaklah ketaatan, banyak-banyaklah berbuat kebaikan dengan nikmat yang Allah berikan tersebut.
Dan berdoalah agar anda diberi keistiqomahan dalam kebaikan, serta keberkahan dalam kenikmatan.
Semoga Allah beri Taufik pada kita semua
Wallahu A’lam
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Selasa, 20 Shafar 1443 H/ 28 September 2021 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله klik disini