ArtikelBuletin

Buletin Keutamaan Puasa Ramadhan

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Sebentar lagi kita akan bertemu kembali -insyaallah- dengan bulan Ramadhan, bulan yang mulia dan penuh keberkahan. Tentu semangat dan kecintaan kita perlu disegarkan kembali dengan membaca hadits-hadits tentang keutamaan bulan tersebut. Agar kita semakin berharap segera bertemu. Semakin cinta. Dan semakin sadar akan agungnya bulan itu. saat Ramadhan tiba, hati kita pun telah memiliki bekal dan persiapan untuk mengisinya dengan banyak amalan taat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya’. Puasa adalah perisai. Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor/keji (cabul) dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya’.” (Muttafaq ‘alaihi, dan ini lafazh al-Bukhari).

Betapa agungnya hadits ini karena didalamnya disebutkan amalan secara umum, kemudian disebutkan puasa secara khusus, keutamaannya, kekhususannya, pahala yang akan diperoleh dengan segera maupun yang akan datang, penjelasan hikmahnya, tujuannya, dan segala yang harus diperhatikan seperti adab-adab yang mulia. Semua hal tersebut tercakup dalam hadits ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pokok yang menyeluruh, bahwa semua amal shalih, dilipatgandakan (amal shalih tersebut) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan hingga berkali-kali lipat lebih dari itu.

Ini menunjukkan keagungan dan luasnya rahmat Allah dan kebaikan-Nya kepada para hamba-Nya yang beriman, karena Allah ‘Azza wa Jalla membalas satu perbuatan buruk dan menyelisihi syariat dengan satu balasan.

Adapun balasan kebajikan, maka pelipatgandaan minimal sepuluh kali, dan bisa lebih dari itu dengan sebab-sebab lain. Di antaranya yaitu kuatnya iman seorang hamba dan kesempurnaan ikhlasnya. Jika iman dan ikhlas semakin bertambah kuat, maka pahala amal shalih pun akan berlipat ganda.

Di antaranya juga yaitu amalan yang memiliki porsi besar, seperti berinfak dalam rangka jihad di jalan Allah dan menuntut ilmu syar’i, serta berinfak untuk proyek-proyek agama Islam secara umum. Dan juga seperti amalan yang semakin kuat karena kebaikannya dan kekuatannya dalam menolak hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kisah orang yang tertahan dalam gua. Dan kisah pezina yang memberi minum seekor anjing lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya.

Dan juga seperti suatu amalan yang dapat menumbuhkan amalan lain dan diikuti oleh orang lain. Dan juga seperti menolak bahaya-bahaya yang besar atau menghasilkan kebaikan-kebaikan yang besar. Dan juga seperti amalan-amalan yang berlipat ganda karena keutamaan waktu dan tempat, serta keutamaan seorang hamba di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Semua pelipatgandaan ini mencakup semua amalan.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengecualikan puasa dan menyandarkannya kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan membalasnya dengan keutamaan dan kemuliaan-Nya, dengan tidak melipat gandakannya seperti amalan yang lain. Ini adalah suatu hal yang tidak dapat diungkapkan, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasnya dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak didengar oleh telinga, dan tidak terlintas dalam benak manusia.
——

Beberapa Keutamaan Puasa Ramadhan

Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barokah, Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan sebagaimana dalam penjelasan berikut ini.

a). Puasa sebagai perisai.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِيعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وَجَاءٌ

“Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian sudah memiliki kemampuan maka hendaknya menikah, karena itu lebih menjaga pandangan dan kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu hendaknya ia berpuasa, karena puasa akan menjadi perisai baginya”. (HR. Muslim : 1400).

b). Puasa menghasilkan pahala tanpa batas.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَف ، الْحَسَنَةُ بعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَةِ ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ طَعَامَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي

“Setiap amal anak Adam dilipat gandakan pahalanya, setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kali lipat, hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman ; ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa ini untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”. (HR Muslim : 1151).

c). Bau mulut orang puasa lebih wangi dari minyak kasturi.

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah ta’ala dibandingkan dengan minyak wangi Misk.” (HR Bukhari : 1904, Muslim : 1151).

d). Puasa menggugurkan dosa.

فتنة الرجل في أهله، وماله، وجاره تٌكِّفرها: الصلاة، والصيام والصدقة

“Fitnahnya seorang lelaki itu ada di keluarga, harta dan tetangganya. Dosanya bisa terhapus dengan shalat, puasa dan sedekah”. (HR. Bukhari : 144).

e). Doa orang yang berpuasa dikabulkan oleh Allah.

ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan ditolak do’anya ; Penguasa yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka, dan do’a dari orang yang dizalimi”. (HR. Ibnu Majah : 1752, Tirmidzi : 3598, dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Ibnu Majah : 2/86).

Terakhir semoga Allah ta’ala menganugrahkan semangat kepada kita semua untuk tidak menyia-nyiakan Ramadhan kali ini. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari menyatakan :

أما”أنزل فيه القرآن”، فإن ابن عباس قال: شهر رمضان، والليلة المباركة ليلة القدر، فإن ليلة القدر هي الليلة المباركة، وهي في رمضان، نزل القرآن جملة واحدة من الزبر إلى البيت المعمور، وهو”مواقع النجوم” في السماء الدنيا حيث وقع القرآن، ثم نزل محمد صلى الله عليه وسلم بعد ذلك في الأمر والنهي وفي الحروب رسلا رسلا

“Adapun makna firman Allah (Al-Qur’an di turunkan di bulan Ramadhan), maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata ;

Malam yang penuh berkah adalah Lailatul Qadar. Karena Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah yang ada di dalam bulan Ramadhan, Al-Qur’an turun pada malam tersebut dengan sekaligus dari Zubur menuju ke Baitul Makmur di ‘Lokasi Bintang-Gemintang’ di langit dunia yang mana Al-Qur’an berada. Kemudian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah itu berupa perintah, larangan, ijin berperang secara bertahap.” (Tafsir Ath-Thabari : 3/446).

Oleh: Ustadz Abul Aswad Al Bayaty, BA
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)

Related Articles

Back to top button