
Bukan Cinta Biasa
Orang boleh bicara masalah cinta dengan segala pernak-perniknya. Semua sah-sah saja. Mulai dari kasmarannya, rasa sayang, rindu setengah mati, bahkan ungkapan ‘cinta pertama tak pernah mati’ tak luput dari kisaran dunia merah jambu ini, kata sebagian ABG (anak baru gede) jaman sekarang.
Benarlah kata orang, “Dunia cinta itu luas bagaikan samudra tak bertepi. Kalau tidak bisa berenang, jangan coba-coba! Tenggelam dan binasa adalah akibatnya.”
Cinta, satu kata sangat dalam maknanya. Sampai-sampai seorang pakar sekalipun tidak bisa mendefinisikan maknanya. Sehingga lahirlah sebuah ungkapan yang terkenal ‘ Tidak ada yang bisa mengartikan makna cinta, kecuali cinta itu sendiri’.
Tapi ingatlah wahai saudaraku, di sana ada satu cinta yang tidak biasa. Romansanya benar-benar berbeda dengan yang lain. Bukan bersumber dari hawa nafsu, angan-angan yang terlarang, atau pun lirikan maut pada pandangan pertama. Ya, cinta ini memang bukan cinta biasa. Cinta kepada sang Khairul Anam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hukum Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
Mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah wajib bagi setiap muslim. Ia merupakan bagian dari ibadah yang sangat mulia dan wujud kesempurnaan dan kejujuran iman seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فوالذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والِده و ولَده و الناس أجمعين
“Dan demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang diantara kalian beriman hingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia”
(HR. al-Bukhari, no. 14 dan Muslim, no. 67)
Prioritas Utama
Kewajiban mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tak disangsikan lagi bagi setiap muslim yang jujur dalam keislamannya. Beliau adalah sosok panutan umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Sejarah telah mencatat bagaiman kegigihan dan kesabaran beliau dalam berdakwah, sehingga beliau pantas menjadi pemimpin para nabi dan rasul.
Karenanya terjawablah sudah pertanyaan yang mencokol dalam benak setiap muslim ‘mana yang didahulukan antara kecintaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam atau kecintaan terhadap dirinya sendiri?’
Perhatikanlah kisah ini!
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangan Umar bin khatthab radhiallhu ‘anhu, kemudian Umar bin khaththab mengatakan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, engkaulah yang lebih aku cintai dari segalanya kecuali terhadap diriku sendiri.”
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا، والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك
“Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Hingga aku (Rasulullah) lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
Maka sahabat Umar berkata, “Maka sekarang demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sekarang wahai Umar (engkau telah mengetahui dan telah mengucapkan perkataan yang benar).”
(HR. al-Bukhari, no. 2445)
Kenapa Harus Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
Ada beberapa faktor kenapa kita harus mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya:
1. Konsekuensi kecintaan kita terhadap Allah Ta’ala.
Mencintai Allah Ta’ala mengharuskan seorang muslim untuk taat kepada rasul-Nya, dan ketaatan itu akan membuahkan kecintaan kepada Dzat yang ditaatinya. Begitu juga kepada utusan-Nya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seorang penyair pernah mengatakan,
إنّ المُحِبَّ لمن يحب مطيعٌ
“Sejatinya orang yang mencintai itu patuh terhadap perintah yang dicintainya.“
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله و يغفر لكم ذنوبكم
“Katakanlah (Ya Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah). Niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’.”
(Q.S. Ali ‘Imron: 31)
2. Kasih sayang dan belas kasih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya.
Umat Islam telah merasakan bagaiman kesungguhan dan keseriusan beliau demi tersampaikannya hidayah kepada mereka. Rasa belas kasih kepada umatnya mendasari setiap dakwah yang diajarkan. Benar-benar umat merasakan kasih sayang beliau. Allah Ta’ala menjadi saksi akan semua itu. Sebagaimana dalam firman-Nya,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari bangsa kalian, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginlan (keselamatan dan hidayah) untuk kalian, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
(Q.S. At-Taubah: 128)
Barang siapa membaca sejarah kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, pasti akan tumbuh kecintaan kepada beliau, insan terbaik di muka bumi ini secara mutlak.
3. Merasakan manisnya buah keimanan.
Ketahuilah bahwa keimanan itu memiliki rasa yang manis dan lezat. Kalau demikian, tidakkah seorang muslim ingin merasakannya? Bagaimana caranya?
Di antara caranya adalah dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان : أن يكون الله و رسوله أحب إليه مما سواهما, وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله, وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار
”Tiga hal, barangsiapa yang tiga hal tersebut ada pada dirinya, pasti ia akan merasakan manisnya keimanan; menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya, mencintai seseorang tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah, dan ia tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaiman ia tidak suka dilemparkan ke dalam api Neraka.”
(HR. al-Bukhari, no. 16)
4. Berkumpulnya berbagai macam sifat cinta di dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setiap muslim meyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh dan teladan yang sempurna di dalam segala sifat mulia lagi terpuji. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Tinggi lagi Maha Sempurna dalam segala sisi memuji perangai dan akhlak beliau yang mulia. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Qolam ayat ke-4,
و إنك لعلى خلق عظيم
“Dan sungguh engkau (Muhammad) benar-benar di atas akhlak yang terpuji.”
Tak terkecuali dalam hal cinta. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki sifat ini dengan berbagai jenisnya. Imam Ibnu Baththal, al-Qadhi Iyadh dan ulama yang lain mengatakan :
“Cinta terbagi menjadi 3 macam. Pertama, cinta pemuliaan dan penghormatan seprti kecintaan kepada orang tua. Kedua, cinta belas kasih seperti kecintaan kepada anak. Ketiga, cinta persamaan dan kebaikan seperti kecintaan kepada sesama manusia.
Maka terkumpullah semua kecintaan itu dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
(lihat pembahasannya dalam al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 2\15)
Dengan Apa Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
Ketika kita telah mengetahui hukum mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, prioritas utama yang mana harus didahulukan dari kecintaan terhadap beliau atas diri pribadi, serta beberapa alasan kenapa harus mencintai beliau. Maka timbullah pertanyaan selanjutnya, ‘Dengan apa mencintai beliau?’
jawabannya kata para ulama ‘Ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, maka kita mencintai jiwa dan raga beliau serta membelanya di dalam memperjuangkan agama Allah Ta’ala.
Dan setelah beliau wafat, maka kita mempelajari sunnahnya, menghidupkannya, mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, dan berusaha mendakwahkannya di atas kesabaran sehingga kebaikan itu menjadi sempurna.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini