Bolehkah Takut Dengan Adzab Dan Hukuman Allah Akibat Dosa?

Bolehkah Merasa Takut Dengan Adzab Dan Hukuman Allah Akibat Dosa Kita?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan tentang bolehkah merasa takut dengan adzab dan hukuman Allah akibat dosa kita? Selamat membaca.
Pertanyaan:
Assalāmu’alaikum ustadz. Semoga Allāh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim. Ustadz, apakah diperbolehkan jika seseorang merasa takut bahwa apa yang menimpanya adalah adzab atau hukuman karena kesalahannya? Jazākallāhu khairan.
(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)
Jawaban:
Waalaikumsalam wrahmatullah wabarokatuh.
Aaminn, jazakallah khairan atas doa yang terpanjat dan semoga Allah memberikan kebahagiaan dalam kehidupan kita semua.
Diperbolehkan seseorang merasa takut dengan dosa yang pernah dilakukannya, bahkan ia termasuk tanda benarnya taubat seorang hamba atau baiknya iman yang ada di dalam hatinya, insyaallah. Pun begitu, bila merasakan ketakutan dari akibat dosa yang pernah dilakukan yang berimbas dengan kejadian yang akan datang, namun diharapkan perasaan tersebut lebih mendorong kepada hal yang lebih baik dan semakin dekat dengan Allah dan semakin memperbanyak taubat kepadaNya.
Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤمِنُ مَا عِنْدَ الله مِنَ العُقُوبَةِ ، مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ أَحَدٌ ، وَلَوْ يَعْلَمُ الكَافِرُ مَا عِنْدَ الله مِنَ الرَّحْمَةِ ، مَا قَنَطَ مِنْ جَنَّتِهِ أحَدٌ
“Seandainya seorang Mukmin mengetahui adzab yang ada di sisi Allâh, niscaya tidak ada seorang pun yang akan terlalu berambisi untuk meraih surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui kasih sayang Allâh, niscaya tidak ada seorang pun yang akan berputus asa dari meraih surga-Nya.” (HR. Muslim)
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata: “Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya bagai ia sedang duduk di bawah gunung yang akan runtuh, ia khawatir tertimpa. Sedangkan orang fajir (ahli maksiat), melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang melewati hidungnya” (HR. Bukhari 6308)
Terkadang sebagian orang merasa sudah banyak beramal, sudah banyak berbuat baik, merasa sudah bertaqwa, merasa dirinya suci, sehingga ia pun merasa Allah tidak mungkin mengadzabnya. Hilang darinya rasa takut kepada Allah. Allah berfirman tentang manusia yang demikian (yang artinya):
“Apakah kalian merasa aman dari makar Allah? Tidaklah ada orang yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf: 99)
Firman Allah ta`alaa,”
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut.” (QS. Al Mu’minun: 60)
‘Aisyah mengatakan,”
يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ « لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ .
“Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khomr?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Wahai putri Ash Shidiq (maksudnya Abu Bakr Ash Shidiq, pen)! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi.)
Begitulah sinyal iman yang ada dalam diri seorang hamba yang merasa kekurangan dan berdosa dengan apa yang pernah di lakukan dari dosa dan kesalahan.
Namun, jangan sampai ketakutan/kekhawatiran terhadap dosa dan akibatnya malah memunculkan keputusasaan yang berlebih dan menjadikan ia berprasangka buruk kepada Allah.
Berkata Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah, “Kadar rasa takut yang wajib dimiliki seorang hamba adalah seukuran rasa takut yang bisa mendorongnya melakukan hal-hal yang fardhu dan menjauhi yang diharamkan. Apabila lebih dari kadar di atas sehingga bisa membangkitkan jiwa untuk bersemangat mengerjakan nafilah (amalan sunat) dan ketaatan, menjauhi yang makrûh, dan tidak berlebihan dalam hal-hal yang mubah, maka itu semua merupakan keutamaan yang terpuji. Namun apabila rasa takut itu melebihi hal di atas sehingga bisa menyebabkan sakit, mati atau kecemasan permanen yang memutus semua jenis usaha, maka rasa takut seperti ini tidak terpuji.”
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Senin, 13 Rabiul Akhir 1444 H / 7 November 2022 M
Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini