Bertahun-Tahun Meremehkan Puasa Wajib, Bagaimana Cara Qodhonya?

Bertahun-Tahun Meremehkan Puasa Wajib, Bagaimana Cara Qodhonya?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Bertahun-Tahun Meremehkan Puasa Wajib, Bagaimana Cara Qodhonya? selamat membaca.
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ustadz.. semoga ustadz dan keluarga senantiasa dilindungi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Afwan ijin bertanya ustadz, dulu saya meremehkan ibadah puasa (byk bolong2 karena udzur haid dan ada yg tanpa udzur/lupa).
Saya juga melewatkan qodho puasa karena haid sampai bertahun-tahun. Sekarang Alhamdulillah Allah beri saya hidayah, sehingga saya ingin bertaubat dari dosa tersebut.
Dan saya sedang proses menqodho semuanya serta mencicil juga untuk membayar fidyah (kaffarahnya). Timbul was2, apakah hal yg saya lakukan ini ada tuntunannya atau tidak ustadz? (qodho dan bayar fidyah) Mohon penjelasannya ustadz. jazakumullahu khairan
Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh
Aamiin, semoga Allah juga memberikan kepada kita semua kebahagiaan dan hidayah dalam kehidupan ini.
Kenikmatan dalam kehidupan seorang hamba tatkala Allah memberikan hidayah dalam kehidupannya, meninggalkan perilaku negatif yang pernah dilakukannya. Bersyukurlah dengan kenikmatan tersebut dan tetap berusaha menutup lupang yang pernah digali, untuk kita perbaiki dimasa depan, dengan berharap Allah memberikan ridha dan mengampuni dengan segala kekurangan.
Apa yang dilakukan, juga telah difatwakan oleh sebagian ulama, walaupun ada sebagian yang menyatakan cukup dengan bertaubat tidak perlu diganti, karena kesengajaan dari apa yang dosa yang dilakukan. Namun, yang lebih berhati hati dan memungkinkan untuk mengganti apa yang belum dilakukan dan juga bisa dilakukan.
Sebagaimana yang difatwakan oleh syekh Bin Baz rahimahullah ta`ala ketika ditanya terkait dengan puasa yang pernah ditinggalkan sampai bulan ramadhan berikutnya kembali datang, beliau menjelaskan,”
الجواب: بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله، وصلى الله وسلم على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه.
أما بعد: فإن من أفطر في رمضان يجب عليه أن يقضي قبل رمضان الآخر، وما بين الرمضانين فهو محل سعة من ربنا U، إذا قضى في شوال أو في ذي القعدة أو في ذي الحجة أو في المحرم أو ما بعد ذلك.. إلى شعبان، فعليه أن يقضي ما أفطره لمرض أو سفر أو نحو ذلك قبل رمضان، فإن أخره إلى رمضان آخر لم يسقط القضاء بل يجب عليه القضاء ولكن يلزمه مع القضاء إطعام مسكين عن كل يوم زيادة مع القضاء، أفتى به جماعة من أصحاب النبي ﷺ، فيقضي ويطعم عن كل يوم مسكينًا نصف صاع من قوت البلد كيلو ونصف من قوت البلد من تمر أو أرز أو غير ذلك، أما إن صام ذلك قبل رمضان القادم فإنه يقضي ولا إطعام عليه. نعم.
Amma badu, maka seorang yang tidak berpuasa pada bulan ramadhan wajib atasnya untuk menggantinya sebelum ramadhan berikutnya, diantara dua ramadhan itulah waktu yang ALlah berikan. Bila meng qadhanya pada bulan syawal atau pada bulan dzulhijjah atau dibulan Muharram, atau setelahnya…sampai bulan syaban maka atasnya untuk mengganti puasa yang tidak di lakukannya karena sakit atau sagar atau semisalnya sebelum ramadhan berikutnya. Bila ia akhirkan sampai melampau ramadhan berikutnya maka tidak menjadi gugur kewajiban untuk menggantinya bahkan ia harus memberikan (kaffarah berupa) memberi makan seorang miskin setengah sha (sekitar 1,5 Kg) dari bahananan pokok baik berupa kurma, nasi atau yang lainnya. Jika ia bisa berpuasa sebelum ramadhan selanjutnya maka ia cukup mengqodhonya tanpa perlu membayar kaffarah (memberikan makan).
https://binbaz.org.sa/fatwas/7632/
Juga beliau menjelaskan pada kesempatan lain,”
ليس عليها إطعام إذا كان تأخيرها للقضاء بسبب المرض حتى جاء رمضان آخر ، أما إن كانت أخرت ذلك عن تساهل ، فعليها مع القضاء إطعام مسكين عن كل يوم
Dia tidak wajib membayar kaffarah, jika dia mengakhirkan qadha disebabkan sakitnya hingga datang ramadhan berikutnya. Namun jika dia mengakhirkan qadha karena menganggap remeh, maka dia wajib qadha dan bayar kaffarah dengan memberi makan orang miskin sejumlah hari utang puasanya.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/572/
As-Syaukani menjelaskan,
وقوله صلى الله عليه وسلم: “ويطعم كل يوم مسكينًا”: استدل به وبما ورد في معناه مَن قال: بأنها تلزم الفدية من لم يصم ما فات عليه في رمضان حتى حال عليه رمضان آخر، وهم الجمهور، ورُوي عن جماعة من الصحابة؛ منهم: ابن عمر، وابن عباس، وأبو هريرة. وقال الطحاوي عن يحيى بن أكثم قال: وجدته عن ستة من الصحابة، لا أعلم لهم مخالفًا
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dia harus membayar fidyah dengan memberi makan orang miskin”, hadis ini dan hadis semisalnya, dijadikan dalil ulama yang berpendapat bahwa wajib membayar fidyah bagi orang yang belum mengqadha ramadhan, hingga masuk ramadhan berikutnya. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama, dan pendapat yang diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah.
Dari fatwa diatas bisa di pahami, bahwa apa yang anda lakukan, insyaallah bukan termasuk dari perbuat bid`ah karena mengacu kepada dalil yang menyatakan tentang kewajiban seorang muslim untuk mengganti puasa yang pernah ia tinggalkan.
Wallahu a`lam
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Senin, 27 Sya’ban 1444H / 20 Maret 2023 M
Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di