ArtikelManhaj

BERPEGANG TEGUH PADA AJARAN ISLAM MESKIPUN DIANGGAP KUNO

Pendaftaran Grup WA Madeenah

BERPEGANG TEGUH PADA AJARAN ISLAM MESKIPUN DIANGGAP KUNO

Manusia purba di era millenium adalah julukan yang disematkan kepada orang-orang yang berusaha untuk berkomitmen menghidupkan kembali ajaran-ajaran agama Islam yang dewasa ini sudah banyak ditinggalkan. Mereka dianggap sebagai manusia purba, orang-orang yang aneh, asing, jumud, kolot, bodoh dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Entah apa yang menyebabkan orang-orang tersebut merasa gerah dengan ajaran Islam yang ditampakkan, padahal secara finansial mereka tidak dirugikan.

Beberapa kali penulis mendengar seorang yang entah karena faktor apa menyatakan tidak suka dengan orang-orang yang memanjangkan jenggotnya. Lalu berkata “Kita tidak usah berpenampilan ke arab-araban”. Di lain waktu mengatakan, “Agama itu tidak terletak pada tampilan rambut & jenggot”. Di lain kesempatan menyatakan, “Kenapa kita meributkan masalah jenggot padahal orang kafir sudah sampai ke bulan”.

Siapa pula yang meributkan jenggot, bukankah kita hanya menganjurkan dan menerangkan dalil apa adanya tanpa ada unsur keributan dan pemaksaan. Karena memang tidak ada paksaan dalam beragama.

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

”Tidak ada paksaan dalam agama Islam ; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 256)

Lalu apa pula salahnya jenggot..? apakah jenggot membuat usahanya bangkrut ? apakah jenggot membuat gajinya turun ? Seandainya ia tidak suka jenggot bukankah tidak ada seorangpun yang memaksanya memanjangkan jenggot..?? kenapa pula ia harus mempublikasikan kekesalannya pada jenggot dan memprovokasi manusia supaya mengikuti jejaknya membenci jenggot…??? alangkah malangnya nasibmu wahai jenggot.

Musuh-musuh Islam menempuh berbagai macam cara untuk mengenyahkan jenggot, dan mengeluarkan ultimatum yang tidak bisa diganggu gugat bahwa siapa saja yang tidak mau memangkas jenggotnya maka ia harus keluar dari perusahaan fulan, harus keluar dari sekolah fulan, harus keluar dari instansi fulan. Ini banyak kita dengar bukan sekali dua kali.

Kita berusaha untuk berprasangka baik pada mereka bisa jadi mereka belum mengetahui hukum Islam dalam masalah jenggot. Tapi apakah lantas dibenarkan bagi orang yang tidak tahu kemudian ia membenci orang yang berjenggot.

Bukankah jenggot itu hak masing-masing orang dan kita diajari oleh bapak-ibu guru kita sewaktu kita kecil untuk bertenggang rasa dan bertoleransi terhadap sesama manusia selama ia tidak melakukan tindak kriminal.

Apakah memanjangkan jenggot adalah sebuah tindakan kriminal yang harus dicemooh pelakunya, atau dibenci, atau dituduh teroris..??? Kemanakah perginya HAM yang selama ini dijadikan jargon dalam setiap aksi-aksi demonstrasi..???

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sedikit banyak akan menjadi kemusykilan yang sukar untuk dijawab. Akan tetapi itulah yang terjadi di hampir serata bumi, ketika ajaran Islam ditegakkan maka akan muncul sekelompok manusia lain yang akan menempuh berbagai macam cara untuk melenyapkan ajaran tersebut,

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya. (QS. Ash-Shaf : 8)

Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah, nasib serupa tidak hanya dialami oleh jenggot saja tapi banyak sekali ajaran-ajaran Islam yang bernasib serupa dengannya. Dan ini adalah sesuatu yang sudah menjadi ketetapan Allah, akan senantiasa ada kelompok yang membenci eksistensi ajaran Islam dan orang yang mendakwahkannya. Allah berfirman,

كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Demikianlah tidak seorang Rasul-pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang yang gila.” (QS. Adz-Dzariyat : 52)

Dalam ayat lain disebutkan,

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا ﴿٣١

“Dan demikianlah, telah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh dari kalangan orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (QS. Al-Furqon : 31)

Nabi dan Rasul saja dibilang gila, tukang sihir, orang aneh, maka diperlukan kesabaran extra dalam berpegang teguh dengan ajaran Islam dan harus kita yakini bahwa pertolongan Allah bersama orang-orang yang sabar.

Berkata Al-Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah: “Mencemooh orang yang menyeru kepada jalan kebaikan adalah merupakan tabiat manusia kecuali orang yang dirahmati. Allah berfirman kepada Nabi-Nya:

انظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ ۚ وَضَلَّ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ ﴿٢٤

“Dan sesungguhnya telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah janji-janji Allah. ( QS. Al-An’am: 24)

Semakin hebat gangguan dan cemoohan maka semakin dekat pula pertolongan Allah. Dan tidaklah pertolongan itu khusus diberikan pada seseorang ketika ia hidup didunia sehingga ia bisa menyaksikan hasil dakwahnya terwujud. Bahkan kadang-kadang pertolongan itu muncul setelah kematiannya, dengan jalan Allah menjadikan hati manusia menerima apa yang ia dakwahkan, melaksanakannya serta berpegang teguh dengannya.

Yang seperti ini termasuk pertolongan Allah kepada orang yang menyeru manusia kepada kebaikan walaupun ia telah mati. Maka wajib bagi seorang da’i untuk bersabar dan terus-menerus exist didalam berdakwah serta bersabar menghadapi gangguan serta celaan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dilempari batu oleh kaumnya sampai berdarah-darah, beliau berkata sembari mengusap darah yang mengucur dari wajah beliau yang mulia, Ya Allah ampunilah kaumku sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”  (Syarah Tsalatsatil Ushul : 23-25 oleh Al-Imam Ibnu Utsaimin).

Beginilah selayaknya seorang muslim, ia tidak lantas kecut dan meninggalkan ajaran Islam hanya karena celaan orang-orang yang memang suka mencela. Hanya karena dibilang manusia purba yang terdampar di abad 21 lantas menjadi minder, tidak percaya diri, tidak merasa mulia dengan ajaran Islam. Bahkan terkesan membenarkan anggapan orang kafir bahwasanya Islam identik dengan keterbelakangan.

Karena Islam akan lenyap seandainya kaum muslimin tidak berpegang teguh dengannya. Dan lenyapnya Islam tidak serta merta, akan tetapi ia digerogoti dan dipreteli satu demi satu. Al-Imam Abdullah bin Ad-Dailami menyatakan: “Sesungguhnya sebab lenyapnya agama Islam adalah dengan ditinggalkannya Sunnah. Agama bisa lenyap dengan lenyapnya sunnah satu demi satu sebagaimana tali yang terputus benangnya satu demi satu.” (Lihat Syarah Ushul i’tiqod ahlis sunnah wal jama’ah 1/161 riwayat no : 127 oleh Al Imam Al Lalika’i, lihat pula Al-Bida’ wan Nahyu ‘anha : 73 oleh Al-Imam Ibnu Wadhoh).

Kaum muslimin yang konsisten dengan ajaran Islam yang akan mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan meskipun jumlah mereka sedikit. Meskipun mereka dianggap aneh dan asing. Karena sudah lumrah kita fahami bahwa pemenang itu jumlahnya sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing maka beruntunglah Al-Ghuroba’ (orang-orang yang asing).” (Lihat Syarah Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, 1/188-190 riwayat no. 173 dan 174 oleh Al-Imam Al-Lalika’i).

Demikianlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan gelar Al-Ghuroba’ kepada kaum muslimin yang konsisten berpegang teguh dengan ajaran Islam meskipun gelaran-gelaran buruk disematkan pada mereka, cukuplah Allah sebagai tempat mengadu dan janji Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyenang hati. Semoga bermanfaat & akhir dari seruan kami adalah anil hamdulillahi rabbil ‘alamin.

 

Ditulis Oleh:

Ustadz Abul Aswad Al-Bayaty

Ustadz Abul Aswad Al Bayati, BA.

Beliau adalah Alumni S1 MEDIU Aqidah 2008 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Malang tahunan dari 2013 – sekarang, Dauroh Solo tahunan dari 2014 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Koordinator Relawan Brigas, Pengisi Kajian Islam Bahasa Berbahasa Jawa di Al Iman TV

Related Articles

Back to top button