FiqihKonsultasi

Apakah Menceboki Anak Membatalkan Wudhu?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Apakah Menceboki Anak Membatalkan Wudhu?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang apakah menceboki anak membatalkan wudhu? Selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ana ingin bertanya mengenai batalnya wudhu ketika memegang kemaluan dalam keadaan sengaja ataupun tidak, milik sendiri ataupun orang lain. Kalau kita seorang ibu rumah tangga, misal sesudah berwudhu, qodarullah anak BAB, terus kita membersihkan dahulu sebelum shalat, karena takut kotorannya ke mana-mana. Apakah itu juga termasuk bisa membatalkan wudhu (membersihkan kotoran PD kemaluan anak setelah berwudhu)?

(Disampaikan oleh Fulanah Grup WA Sahabat BIAS)


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Para ulama berbeda pendapat tentang status hukum wudhu dari orang yang menyentuh kemaluan. Pendapat yang kami yakini lebih benar adalah tidak membatalkan wudhu jika tidak disertai syahwat.

Di antara dalilnya adalah:

سُولَ اللَّهِ مَا تَرَى فِى رَجُلٍ مَسَّ ذَكَرَهُ فِى الصَّلاَةِ قَالَ « وَهَلْ هُوَ إِلاَّ مُضْغَةٌ مِنْكَ أَوْ بَضْعَةٌ مِنْكَ ».

Wahai Rasulullah, apa pendapatmu mengenai seseorang yang menyentuh kemaluannya ketika shalat?” Beliau bersabda, “Bukankah kemaluan tersebut hanya sekerat daging darimu atau bagian daging darimu?” (HR. An Nasa’i : 165. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Baca Juga:  Hukum Berwudhu di Kamar Mandi Yang Ada Toiletnya

Pendapat ini dinyatakan dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah beliau berkata :

وَالْأَظْهَرُ أَيْضًا أَنَّ الْوُضُوءَ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ مُسْتَحَبٌّ لَا وَاجِبٌ وَهَكَذَا صَرَّحَ بِهِ الْإِمَامُ أَحْمَد فِي إحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ وَبِهَذَا تَجْتَمِعُ الْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ بِحَمْلِ الْأَمْرِ بِهِ عَلَى الِاسْتِحْبَابِ لَيْسَ فِيهِ نَسْخُ قَوْلِهِ : { وَهَلْ هُوَ إلَّا بَضْعَةٌ مِنْك ؟ }

“Pendapat yang lebih kuat, hukum berwudhu ketika menyentuh kemaluan adalah sunnah (dianjurkan) dan bukan wajib. Hal ini ditegaskan dari salah satu pendapat Imam Ahmad.

Pendapat ini telah mengkompromikan berbagai dalil sehingga dalil yang menyatakan perintah dimaksudkan dengan sunnah (dianjurkan) dan tidak perlu adanya naskh pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Bukankah kemaluan tersebut adalah sekerat daging darimu?” (Majmu’ Fatawa : 21/241).

Kesimpulan

Orang tua tidak perlu berwudhu setelah menceboki anaknya, tapi membersihkan tangannya dengan sebersih-bersihnya.

Wallahu a’lam

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag.
حفظه الله
Jumat, 4 Jumadil Akhir 1443 H/ 4 Februari 2022 M


Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam

Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button