Bagaimanakah Hukumnya Membatalkan Puasa Qodho Ramadhan?

Bagaimanakah Hukumnya Membatalkan Puasa Qodho Ramadhan?
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
‘Afwan saya mau tanya, apakah boleh kita membatalkan puasa qadha’ dikarenakan ada tamu yang datang? Sedangkan kita ingin menyajikan hidangan untuk si tamu.
Atau apakah wajib menyelesaikannya sampai maghrib nanti?
Jazaakillahu khoyran Ustadz
(Disampaikan oleh Fulanah, Sahabat BiAS T09 G-33)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ibnu Qudamah rahimahullah dalam kitab Al-Mughni mengatakan :
وَمِنْ دَخَلَ فِي وَاجِبٍ، كَقَضَاءِ رَمَضَان، أَوْ نَذْرٍ مُعَيَّنٍ أَوْ مُطْلَقٍ، أَوْ صِيَامِ كَفَّارَةٍ؛ لَمْ يَجُزْ لَهُ الْخُرُوجُ مِنْهُ
“Siapa yang masuk dalam ibadah puasa wajib, seperti puasa qadha ramadan, puasa nadzar, puasa kaffarah, tidak boleh membatalkannya”
Dan kata Ibnu Qudamah rahimahullah tidak ada khilaf dalam permasalahan ini.
Dan puasa qadha hanya boleh dibatalkan dengan udzur-udzur yang membolehkan tidak puasa ramadhan, seperti safar, sakit yang membahayakan, atau semisalnya.
Sehingga membatalkan puasa qadha karena ada tamu, maka ini tidak dibenarkan. Dan kata para ulama bagi yang membatalkan puasa qadha tanpa alasan yang benar, ia harus bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Syaikh bin Baz rahimahullah pernah ditanya dengan pertanyaan ini :
“Suatu hari aku berpuasa qadha, setelah melakukan shalat dhuhur, aku merasa lapar, akhirnya aku makan dan minum dengan sengaja tanpa ada kelupaan atau kebodohan dalam masalah ini, apa hukum perbuatanku ini ?”
Beliaupun menjawab :
“Harusnya engkau menyempurnakan puasamu, dan tidak boleh membatalkannya jika itu adalah puasa wajib seperti qadha Ramadhan, puasa nadzar. Dan Anda harus bertaubat atas perbuatanmu ini. dan siapapun yang bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 15/355)
Wallohu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc حفظه الله
Selasa, 14 Syawal 1440 H / 18 Juni 2019 M
Ustadz Ratno, Lc.
Dewan Konsultasi Bimbingan Islam (BIAS), Alumni Universitas Islam Madinah jurusan Hadits
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Ratno حفظه الله klik disini