Adab & Akhlak

Bagaimana Hukumnya Orang Yang Suka Mengejek Dan Tidak Menghormati Orang Lain?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Bagaimana Hukumnya Orang Yang Suka Mengejek Dan Tidak Menghormati Orang Lain?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan pembahasan tentang Bagaimana Hukumnya Orang Yang Suka Mengejek Dan Tidak Menghormati Orang Lain? Silahkan membaca.

Pertanyaan:

Bismillāh. Assalāmu’alaikum ustadz. Semoga Allāh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim. Ustadz, apa hukumnya jika orang yang lebih tua suka mengejek yang lebih muda dan merasa dirinya tidak perlu menghormati yang lebih muda? Jazākallāhu khairan.

Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS


Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh

Aamiin, juga semoga Allah memberikan kepada anda semisalnya dan kepada kita semua hidayah dan taufikNya dalam menjalani kehidupan ini.

Sebagaimana halnya kita menghadapi sikap / akhlak buruk kepada kita.

Bersabarlah dengan sikap tersebut, janganlah meniru sikap yang tercela itu. Janganlah membalasnya dengan sikap yang sama karena akan menghilangkan pahala kesabaran yang bisa anda dapatkan.

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [QS. Al-Baqarah/2 : 177]

Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. [QS. Ali Imran/3 : 146]

“Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?.

Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat.

Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya”.

[At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172]

Tetap bersikap baik kepadanya sebisa mungkin, niat karena Allah, selama tidak mencelakai kita dan orang lain atau memberikan madharat yang lebih besar.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

Baca Juga:  Adab dan Akhlak dalam Berhijrah

“Barang siapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenal hak orang tua kami, dia bukan termasuk golongan kami.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab Mufrad, lihat Shahih al-Adab al-Mufrad no. 271)

Sambil terus mendekati dan memberikan masukan, bila memungkinkan dilakukan untuk memberikan masukan/nasihat, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar dan bentuk kecintaan kita kepada sesama saudara muslim atas dasar keimanan maka lakukanlah.

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim, no. 49]

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45]

Bila tidak bisa melakukan itu semua, amarah masih memuncak, tiada sanggup diri anda untuk memaafkan dan membalas keburukannya dengan sikap yang lebih baik, maka diam dan menghindarlah darinya.

Tetap mendo’akan kebaikan kepadanya, semoga Allah memberikan hidayah kepadanya atau Allah memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatannya tanpa harus lisan anda terkotori untuk mendoakan kejelekan kepada hamba yang tidak mentaati Robbnya.

Yakinlah, bahwa hukum Allah sangatlah adil dan bijaksana.

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Rabu, 28 Rabiul Akhir 1444H / 23 November 2022 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button