FiqihKonsultasiNikah

Ayah Tidak Sholat, Bolehkah Jadi Wali Nikah?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Ayah Tidak Sholat, Bolehkah Jadi Wali Nikah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang ayah tidak sholat, bolehkah jadi wali nikah?
selamat membaca.

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga ustadz selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mau nanya ustadz apakah sah seorang ayah jadi wali nikah tapi tidak sholat ?

Jazaakumullah khayran.

(Disampaikan oleh Fulanah di Lubuklinggau, anggota grup BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Ini terkait dengan kualitas keislaman wali dalam pernikahan.

Mari kita runtutkan dahulu dari awal, dimulai dengan dalil pensyariatan wali yakni Hadits dari sahabat Abu Musa rodhiallohu ‘anhu

لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ

Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali
[HR Abu Daud 1785]

Wali disini memiliki syarat;

  1. Laki-laki
  2. Mukallaf (Islam, dewasa, berakal)
  3. Merdeka
  4. Adil (sholih, bukan fasiq atau ahli maksiat)

Wali pun juga ada macamnya, ada dari asal usul dan juga kekerabatan.

Macam wali dari sisi asal usulnya :

  1. Wali Nasab: Ayah keatas (Kakek, dan seterusnya dari pihak ayah), Anak kebawah (cucu, dan seterusnya),  Saudara laki-laki (sekandung dan seayah), Paman (saudara ayah), Anak dari saudara (keponakan), Anak dari paman (sepupu)
  2. Wali Hakim : Wali utusan pemimpin

Macam wali ditinjau dari kekerabatan :

  1. Wali Dekat : Didahulukan atas wali jauh, dimulai dari mempelai keatas (bapak, dan seterusnya), lalu mempelai ke samping (saudara kandung ataupun sebapak) lalu mempelai kebawah (anak, seterusnya)
  2. Wali Jauh : Dipakai jika tidak ada wali yang lebih dekat lagi

Kenapa kita perlu membahas ini dengan runtut?
Karena pertanyaannya berkaitan dengan  runtutan ini. Bagaimana jika ada wali yang dekat secara nasab, namun kurang sempurna dalam persyaratan (tidak adil dan ahli maksiat)? Contohnya wali yang tidak sholat.

Ada fatwa dari Dr. Khalid al-Musyaiqih tentang ayah yang menjadi wali nikah namun tidak sholat.

إذا كان هذا الأب لا يصلي مطلقاً ويمضي عليه أكثر من أسبوع وهو لا يصلي فالذي يظهر أنه خارج من دائرة الإسلام لقوله صلى الله عليه وسلم : “إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة ” رواه مسلم وعن بريده بن الحصيب رضي الله عنه ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم ، يقول : “العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة ، فمن تركها فقد كفر”. رواه أحمد وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه.

Apabila si ayah tidak pernah sholat sama sekali, telah berlalu lebih dari sepekan dan dia tidak sholat, menurut pendapat yang kuat orang ini telah keluar dari islam.
Berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, “Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran adalah meninggalkan sholat”.
Demikian pula hadis dari Buraidah bin Hashib rodhiallohu ‘anhu, beliau mendengar Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat. Siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir”

وحينئذ تسقط ولايته ولا يصح أن يتولى العقد على هذه المرأة لأن من شروط من الولي أن يكون مسلما وقد قال الفقهاء رحمهم الله تعالى: أنه يشترط في الولي الإسلام إذا زوَّج مسلمة ، وقالوا : ” لا ولاية لكافر على مسلمة “.وقال ابن عباس رضي الله عنهما : ” لا نكاح إلا بولي مرشد ” ، وأعظم الرشد وأعلاه دين الإسلام .

Dalam keadaan seperti ini, gugurlah hak kewalian sang ayah dan tidak sah untuk menjadi wali akad nikah bagi wanita ini. Karena diantara syarat wali nikah, dia harus seorang muslim. Para ulama mengatakan bahwa syarat untuk menjadi wali haruslah orang islam, apabila dia hendak menikahkan seorang muslimah.
Para ulama juga mengatakan, ‘Tidak ada hak perwalian orang kafir terhadap wanita muslimah.’ Ibnu Abbas rodhiallohu ‘anhuma mengatakan,

لا نكاح إلا بولي مرشد

“Tidak ada nikah, kecuali dengan wali yang layak.”

Kelayakan terbesar dan tertinggi adalah agama Islam.
Sumber : fatwa Syaikh Al Musyaiqih

Berangkat dari penjelasan diatas, hendaklah wali nikahnya diganti dengan wali nikah lainnya yang sesuai dengan runtutan. Usahakan syarat wali pun juga diperhatikan.

Semoga Alloh menganugerahkan pada kita semua sifat Istiqomah dalam menuntut ilmu.

Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.

 

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Jum’at, 08 Ramadhan 1441 H/ 01 Mei 2020 M



Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله  
klik disini

Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, S.Ag., M.Ag.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Hadits 2010 - 2014, S2 UIN Sunan Kalijaga Qur’an Hadits 2015 - 2019 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dynamic English Course (DEC) Pare Kediri, Mafatihul Ilmi (Ustadz Dzulqarnaen) sedang diikuti | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kuliah Pra Nikah Naseeha Project

Related Articles

Back to top button