Arti Meninggal Hari Sabtu Menurut Islam, Ngajak-ajak?

Arti Meninggal Hari Sabtu Menurut Islam, Ngajak-ajak?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan: Arti Meninggal Hari Sabtu Menurut Islam, Ngajak-ajak? Selamat membaca.
Pertanyaan:
Assalamualaikum Ustadz, afwan izin bertanya, ada mitos/keyakinan di masyarakat kalau ada orang yang meninggal di hari Sabtu dan Selasa biasanya nanti ngajak, gak lama pasti ada yang bakal meninggal lagi dari pihak keluarga tetangga mau pun temannya si mayit. Apakah keyakinan seperti itu bisa dibenarkan ustadz? Jazakallahu khoyron barakallahu fik.
(Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Sosmed)
Jawaban:
Wa alaikumussalaam warahmatullah.
Jika keyakinan demikian tidak didasari dengan penjelasan secara ilmiah, baik secara ilmu kedokteran dan lainnya. Atau juga tidak ada penjelasan resmi dari nash syariat baik Al-Quran maupun hadist, maka kita tidak bisa menyimpulkan suatu fenomena akan mengantarkan kepada akibat ini dan itu. Jika kita mengkait-kaitkan sebuah fenomena tertentu bahwa hal tersebut akan bisa mengantarkan kepada perkara negatif ataupun positif, padahal tidak ada penjelasan masuk akal melalui sains, atau juga tidak ada keterangan ilahi via Al-Quran dan hadist, ini nanti bisa mengantarkan kepada kesyirikan, yang mana dalam ilmu tauhid diistilahkan dengan ungkapan tiyarah/tatoyyur, para ulama mendefinisikannya dengan:
التشاؤم بالمرئي أو بالمسموع أو بالزمان أو بالمكان
“Merasa adanya kesialan/hal negatif karena melihat sesuatu, mendengar sesuatu, atau ketika berada di waktu dan tempat tertentu”.
Jika kita mengkait-kaitkan sebuah fenomena tertentu bahwa hal tersebut akan bisa mengantarkan kepada perkara negatif ataupun positif, padahal tidak ada penjelasan masuk akal melalui sains, atau juga tidak ada keterangan ilahi via Al-Quran dan hadist, ini nanti bisa mengantarkan kepada kesyirikan, yang mana dalam ilmu tauhid diistilahkan dengan ungkapan tiyarah/tatoyyur.
Nabi sallallahu alaihi wa sallam melarang yang demikian, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، الطِّيَرَةُ شِركٌ ، وما منا إلا ، ولكنَّ اللهَ يُذهِبُه بالتَّوَكُّلِ
“Thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan, thiyarah adalah kesyirikan. Dan setiap kita pasti pernah mengalaminya. Namun Allah hilangkan itu dengan memberikan tawakkal (dalam hati)” (HR. Abu Daud no. 3910, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Kesimpulannya, keyakinan-keyakinan seperti yang penanya sampaikan hendaknya dihilangkan dari benak kita sebagai muslim, karena tidak sesuai dengan tuntunan agama kita.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Rabu, 13 Rabiul Awal 1443 H/ 20 Oktober 2021 M
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله klik disini