Artikel

Apakah Sedekah Dan Hadiah Sama? Simak Penjelasan Singkatnya!

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Apakah Sedekah Dan Hadiah Sama? Simak Penjelasan Singkatnya!

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Apakah Sedekah Dan Hadiah Sama? Simak Penjelasan Singkatnya! selamat membaca.

Pertanyaan:

Bismillah, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh… Ustadz, apakah memberikan hadiah atau memberikan sedekah kepada orang lain dengan nominal yang sama memiliki pahala yang berbeda? Mana yang terbaik ustadz? Jazaakallahu khairan wa baarakallahu fiikum

Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam


Jawaban:

waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh

Hadiah dan sedekah pada dasarnya adalah sama, pemberian yang diberikan kepada pihak lain karena mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasulNya.

Besar kecilnya pahala adalah hak Allah untuk memberikannya kepada para hamba yang di kehendakiNya.

Namun Di sisi lain Allah juga menjelaskan bahwa pahala suatu amalan tergantung beberapa faktor, bisa karena niat si pelaku, atau besaran amalannya atau tingkat kesulitan yang terjadi atau bisa jadi zaman dan waktu dalam menjalankannya atau bisa karena manfaat besar yang didapatkan dari penerima, dan sebagainya.

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Hadist diatas menunjukkan bahwa pahala tergantung dengan niatnya.

Kemudian, besarnya pahala juga tergantung dengan besar kecilnya kesulitan yang dirasakan, Sebagaimana firman Allah ta`ala,”

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan ditulislah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allâh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [QS. at Taubah/9:120].

Begitupula, juga tergantung dengan kebutuhan dari orang yang diberikan pemberian tersebut. Sehingga, bila seseorang memberikan sedekah yang pemberian ini biasanya diberikan kepada orang yang membutuhkan maka bisa jadi dari sisi ini bahwa sedekah lebih besar pahalanya di bandingkan hadiah. Kecuali hadiah yang diberikan kepada orang yang membutuhkan dari teman atau saudaranya, yang itu bisa di niatkan untuk bersedekah.

Baca Juga:  Beda Antara Tidak Tahu Haramnya Suatu Perbuatan Dengan Tidak Tahu Konsekuensi Dari Perbuatan Tersebut

Maka dari hal tersebut, tidak perlu membedakan antara niat bersedekah atau memberikan hadiah, karena keduanya saling berkaitan.

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pahalanya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak“. (QS. Al-Hadid: 18)

Dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan yang artinya “Barang siapa berniat untuk bersedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari gerakan sedekahnya“.

Allah berfirman yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrahNya) lagi Maha Mengetahui“. (QS. Al-Baqoroh: 261)

Hadiah pun juga mempunyai faidah yang besar dan banyak. Diantaranya apa yang di sebutkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. )

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/ 16).

Ada sedikit perbedaan antara sedekah dan hadiah, Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah berikut ini, “Sedekah itu dikeluarkan dalam rangka ibadah tanpa maksud diberikan kepada orang tertentu, dikeluarkan pada orang-orang yang butuh. Sedangkan hadiah itu dikeluarkan untuk memuliakan orang tertentu, bisa jadi maksudnya karena cinta atau bentuk sedekah, atau bisa juga diserahkan pada orang yang butuh.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 31: 269)

Semua ada keutamaannya, tinggal bagaimana keikhlasan kita dalam memberi. Dengan memberikan label hadiah dengan sedekah atau sebeliknya berharap Allah melipat gandakan pahala dan memberikan keutamaan keutamaan yang telah di janjikannya.

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

Jum’at, 10 Sya’ban 1444H / 3 Maret 2023 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button