Umum

Apa Maksudnya Berbicara Tanpa Ilmu?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Apa Maksudnya Berbicara Tanpa Ilmu?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan apa maksudnya berbicara tanpa ilmu? Selamat membaca.


Pertanyaan:

Bismillah.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatahu.

Ustadz, izin bertanya, apakah jika saya menjawab dan mencoba memosisikan masing-masing pendapat dan pernyataan dari para ulama atau guru-guru kita kepada orang lain termasuk dalam kelompok orang yang berbicara tanpa ilmu?

Jika iya, apa yang harus saya lakukan ya ustadz. Syukron ustadz. Jazaakumullahu khairan.

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)


Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh.

Semoga Allah selalu menunjukkan kepada kita jalan yang diridhoi dan diberkahi olehNya.

Dalam mengemukakan suatu hujjah seseorang sering kali menggunakan dalil atau dasar lain dalam menguatkan argumennya. Selama dasar yang kita pergunakan adalah hasil usaha kita dalam belajar, baik membaca, menelaah dan memahami, walau orang lain menganggap lemah selama kita melihat adanya korelasi yang terjadi di antara keduanya maka tidaklah dikatakan sebagai perkara ngawur dan dusta yang memunculkan potensi dosa. Berbeda kalau ucapan yang terlontar hanya sebatas bualan dan kebodohan.

Bila ternyata kita bagian dari yang kedua, yang telah membuat karangan/cerita dusta maka hendaknya kita bertaubat dari perkara ngawur atau dusta, bahkan bagian dari dosa besar.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (QS. Al-A’raf:33)

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah berkata:

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

Dan berbicara tentang Allah tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.”

(Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim)

Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ

“Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (QS. Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Maka berusaha untuk berhati-hati dengan apa yang kita katakan, dan diam bila tidak mempunyai ilmu terhadapnya walau dianggap bodoh oleh manusia.

Dengan menyebutkan yang Anda ketahui, mencoba memosisikan masing-masing pendapat dan pernyataan dari para ulama atau guru-guru kita, insyaallah bukan termasuk kesalahan/kengawuran. Sambil terus kita mencari dan menerima kebenaran yang datang kepada kita.

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Kamis, 12 Safar 1444 H/ 8 September 2022 M


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button