KultumTausiyah

5 Petunjuk Nabi Dalam Merajut Ukhuwah (bagian 3)

Pendaftaran Grup WA Madeenah

5 Petunjuk Nabi Dalam Merajut Ukhuwah (bagian 3)

Tutuplah Aib Saudaramu

Artikel kali ini masih lanjutan dari artikel sebelumnya, 5 Petunjuk Nabi Dalam Merajut Ukhuwah (bagian 1) dan 5 Petunjuk Nabi Dalam Merajut Ukhuwah (bagian 2). Pada artikel ini akan disampaikan poin terakhir yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan guna terajutnya ikatan ukhuwah yang kokoh:

Kelima, Menutup Aib Sesama Muslim

Siapa di antara kita yang tidak berdosa dan tidak memiliki aib? Tidak ada! Ketika aib diumbar, maka boleh jadi kehormatan seseorang akan jatuh, selanjutnya diapun akan mencari tahu siapa sumber terbukanya aib dia, selanjutnya bisa terjadi permusuhan yang bisa merusak ukhuwah. Kadang permusuhan bukan hanya kepada orang pertama yang mengumbar aib tersebut, bisa jadi teman-temannya, dan keluarganya ikut dimusuhi. Boleh jadi juga, orang yang dia musuhi tersebut ternyata bukan yang menyebarkan aibnya, akhirnya rusak juga ukhuwah tanpa alasan yang jelas.

Karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim, bahkan beliau memberikan motivasi dengan ganjaran yang besar:

وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ‏

“Barangsiapa menutup aib sesama muslim, Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.”

Allah tidak akan menampakkan aibnya di hadapan seluruh hamba-Nya di hari kiamat nanti, bahkan boleh jadi Allah akan mengampuni aibnya tersebut.

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan ada 2 macam aib pada diri seorang muslim yang perlu ditutupi dan tidak diumbar. Pertama aib fisik, seperti jika ada seseorang yang punya cacat pada kulitnya atau fisiknya yang dia tidak ingin diketahui oleh orang lain, maka aib seperti ini mesti ditutupi. Kedua aib berupa sifat, jika kita tahu seorang muslim memiliki sifat yang tidak baik namun secara zahir dia tidak menampakkan sifat tersebut bahkan berusaha menjadi orang yang baik, maka tutupilah aibnya tersebut.

Syaikh Ibnu Utsaimin juga menjelaskan bahwa menutup aib seorang muslim ini tidak mesti dilakukan setiap saat, adakalanya aib tersebut justru malah lebih baik dibuka. Jika ada seorang yang melakukan maksiat dengan terang-terangan yang jika tidak diadukan kepada pihak yang berwenang malah akan semakin menjadi-jadi, maka yang seperti ini justru perlu dibuka aibnya agar dia sadar tidak bermaksiat lagi. Namun jika orang tersebut berbuat maksiat sembunyi-sembunyi, ketika kepergok dia menyadari kesalahannya maka yang seperti ini aibnya selayaknya ditutupi.

Penutup

Demikian beberapa petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita semuanya untuk merekatkan ukhuwah antara kaum muslimin. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa kuatnya ukhuwah umat Islam ini adalah sesuatu yang sangat ditakuti oleh musuh-musuh Islam sehingga mereka akan berusaha agar ukhuwah antar umat Islam ini rapuh. Mereka akan menghembuskan fitnah sehingga umat Islam ini jauh dari petunjuk Nabi. Mereka akan berusaha bagaimana umat Islam ini saling menzhalimi satu dengan yang lainnya, bagaimana agar umat Islam ini cuek tidak perduli satu dengan yang lainnya, bagaimana agar umat Islam ini justru saling membongkar aib satu dan yang lainnya. Jika ukhuwah umat Islam ini lemah ditambah penyakit “cinta dunia” yang merasuk kepada kaum muslimin, mudahlah ia dicabik-cabik oleh musuh-musuhnya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya:

“Tak lama lagi berbagai bangsa akan ramai-ramai bersekongkol atas kalian, bak persekongkolan para pemakan ramai-ramai menuju kepada piring hidangannya. Maka seorang sahabat bertanya: Apakah karena kami kala itu berjumlah sedikit? Beliau menjawab: “Bahkan kalian kala itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian buih bak buih air bah, dan sungguh Allah akan menyirnakan rasa takut dari dada musuh-musuh kalian, dan Ia akan mencampakkan Al Wahanu di jantung-jantung kalian.” Maka salah seorang sahabat berkata:  Wahai Rasulullah, apakah Al Wahanu itu? Beliau menjawab: “Cinta terhadap dunia dan benci akan kematian.” (HR. Ahmad no. 22397, Abu Dawud no. 4297, dan lainnya, serta dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Karenanya, mari kita mulai dari diri sendiri untuk mewujudkan ukhuwah Islamiah yang kuat, mulai membenahi dari lingkungan yang paling kecil, keluarga , tetangga, orang-orang yang ada di sekitar kita dan seterusnya. Semoga dengan tumbuhnya sikap mengikuti petunjuk Nabi, semakin tumbuh pula ukhuwah antara kaum muslimin.

Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh Ibnu Utsaimin, 1/724-726 cet Darul Ghad Al-Jadid.

 

Ditulis Oleh:
Ustadz Amrullah Akadhinta حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)

 

 



Ustadz Amrullah Akadhinta حفظه الله
Beliau adalah Sekretaris jenderal KIPMI, direktur operasional BimbinganIslam (BiAS), direktur TwitUlama, dan aktif di yayasan dan lembaga lainnya.
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Amrullah Akadhinta حفظه الله  
klik disini

Ustadz Amrullah Akadhinta ST

Beliau adalah Alumni S1 Teknik Sipil UGM, Alumni Ma'had Al-'Ilmi, | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial sebagai Pengasuh Twitulama. Ketua Yayasan Bimbingan Islam. Sekretaris KIPMI. Pembina Yayasan Muslim Merapi

Related Articles

Back to top button