5 Kiat Menghadapi Suami Yang Suka Marah

5 Kiat Menghadapi Suami Yang Suka Marah
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang 5 Kiat Menghadapi Suami Yang Suka Marah. selamat membaca.
Pertanyaan:
Assalamualaikum Ustadz, Saya mau meminta solusi bagaimana meredam amarah suami yang ketika sedang capek kerja, pusing sama sesuatu dilimpahkannya ke marah dan malah menjadi menunda2 waktu sholat?
Ketika sudah diingatkan pelan-pelan hanya dijawab “iya iya nanti dulu”, mohon solusinya ustadz untuk adab saya sebagai istri harus seperti apa. Terima kasih, Wassalamualaikum
Ditanyakan Sahabat BIAS melalui Grup WhatsApp
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Pertengkaran antara suami dan istri adalah hal yang biasa dan lumrah terjadi pada sebuah kehidupan berumah tangga. Namun, bila suami selalu marah tiap ada masalah, cenderung temperamen bila menghadapi keruwetan hidup, tentu hal tersebut bisa menyakiti hati sang istri dan tak jarang makin memperkeruh keadaan.
Lantas, bagaimana cara menghadapi suami yang temperamen dan menyakiti secara verbal ini baik secara sadar atau pun tidak?
Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu hanya melibatkan fisik. Perkataan kasar, sindiran, dan ejekan dari pasangan juga bisa termasuk kekerasan dalam rumah tangga, tetapi dalam bentuk verbal.
Apa pun alasannya, suka marah dan gampang tersulut emosi ketika menghadapi kesulitan hidup bukanlah perilaku yang baik bagi seorang pemimpin keluarga. Bila hal ini terjadi 2 – 3 kali di dalam rumah tanggamu, mungkin bisa dianggap kekhilafan saja.
Akan tetapi, jika hal ini selalu terjadi setiap kali ada masalah, bahkan pada masalah yang sepele sekali pun, maka istri perlu bertindak agar suami bisa berubah dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Berikut beberapa kiat menghadapi suami yang temperamen dan sering marah ketika ada hal yang tidak dia sukai:
1. Tetap bersikap tenang.
Pertama-tama, mengertilah bahwa kebanyakan ledakan emosi dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut seseorang berasal dari luka di masa lalu atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Jadi, saat ia mulai berkata kasar, usahakan untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi ataupun terlihat marah. Berikan sugesti positif pada pikiranmu sendiri. Belajar berprasangka yang baik.
Lihatlah kemarahannya dari sudut pandang lain dan cobalah pahami kira-kira hal apa yang membuka luka masa lalu atau pun masalah yang menyulut kemarahannya saat ini.
2. Jangan membalas balik.
Walau sakit hati dengan apa yang ia katakan, istri perlu berbesar hati untuk tidak membalas perkataan kasar suami. Menyerang balik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa memperburuk keadaan. Bukan tidak mungkin suami bisa melakukan kekerasan fisik karena tersulut perkataan istri. Di dalam hubungan pernikahan, tidak ada kalah atau menang. Jadi, mengalah bukan berarti kalah. Dalam situasi ini, istri harus bisa menjadi pendingin keadaan yang tengah memanas oleh perkataan suami. Lagi pula, berbicara balik dengan seseorang yang sedang marah biasanya akan percuma. Oleh karena itu, mengalahlah sebentar sampai amarah suami mereda.
3. Dengarkan dan ajak berdiskusi.
Setelah kegusarannya mulai reda, cobalah memancingnya untuk menceritakan alasan kemarahannya dan dengarkan ia dengan rasa empati. Ulangi apa yang ia katakan sebagai konfirmasi, agar ia benar-benar merasa didengarkan.
Setelah kira-kira ia sudah bisa diajak berdiskusi, mulailah nyatakan pendapatmu dengan kepala dingin. Katakan bahwa yang ia lakukan itu tidak baik dan menyakiti hatimu. Ingatkan bahwa apa yang ia lakukan bisa saja ditiru oleh anak.
Namun, gunakanlah kata-kata yang lembut dan tidak menyudutkannya. Ingat anda adalah istrinya sekarang dan bukan seorang guru.
Bila ia menyalahkanmu sebagai istri dan anda memang mengakui kesalahan itu, jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya. Anda juga bisa melunak dan memulai tugas seorang istri untuk memperbaiki suasana hatinya yang sedang buruk.
4. Beri waktu.
Jika semua usaha istri untuk mendengarkan, berdiskusi baik-baik, dan meluluhkan hatinya tidak juga menghilangkan amarah dan kata-kata kasarnya, ada baiknya untuk memberinya waktu.
Bila suami benar-benar mencintai istri dan anak-anaknya, serta ingin mempertahankan pernikahan dan menjaga keharmonisan rumah tangga, tentu ia akan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Jadilah Pakaian Penyeimbang Bukan Untuk Bersaing.
Allah ‘Azza Wa Jalla dalam sebuah firman-Nya mengibaratkan suami sebagai pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami.
“هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ”
Artinya: “Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”. (QS. Al-Baqarah (2): 187).
Biasanya seseorang menggunakan pakaian sesuai dengan musim atau udara yang ia rasakan. Ketika hawa panas naik, manusia akan memakai baju yang agak tipis.
Tapi kalau udara dingin, mereka akan menggunakan pakaian yang tebal. Begitu juga dengan hubungan suami istri, ketika suami dalam keadaan marah maka istri harus menghadapinya dengan lemah lembut dan menenangkan, dan ketika istri dalam keadaan capek maka suami harus mengobati rasa capeknya.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Rabu, 20 Jumadil Awal 1444H / 14 Desember 2022 M
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini