KonsultasiTafsir

3 Alasan Mengapa Pada Surat Thāha Ayat 70, Nabiyullah Harun Didahulukan Penyebutannya Atas Musa

Pendaftaran Grup WA Madeenah

3 Alasan Mengapa Pada Surat Thāha Ayat 70, Nabiyullah Harun Didahulukan Penyebutannya Atas Musa

Pertanyaan:

بسم الله الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustad, afwan mohon penjelasannya tafsir surat Thāha 70, kenapa di sebutkan Nabi Harun terlebih dahulu kemudian Nabi Musa

جَزَاكَ الله خَيْرًا

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditanyakan oleh Sahabat BiAS


Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ الله

Alhamdulillāhi rabbil ālamīn

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi waman tabi’ahum bi ihsānin Ilā yaumil Qiyāmah. Amma ba’du

Afwan Wajazākallāh  khairan katsiran atas pertanyaan dan do’a yang antum sampaikan, semoga kita semua diberikan kemudahan dalam memahami dan mandalami makna Kalamullāh, serta mengimaninya dengan sepenuh hati.

Disebutkan dalam surat Thāha ayat 70

فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى

“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Rabbnya Harun dan Musa” (QS Thāha 70)

Dalam ayat ini, didahulukannya Nabi Harun atas Nabi Musa ‘alaihimas salām bukan menunjukkan keutamaan di antara keduanya, sebab para ‘ulama telah sepakat bahwa Nabi Musa lebih karena utama termasuk Ulul ‘Azmi.
Di samping itu, dalam beberapa ayat penyebutan Nabi Musa lebih didahulukan daripada Nabi Harun alaihimas salām, di antaranya;

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ, رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ

“Kami beriman kepada Rabb semesta alam, (yaitu) Rabb Musa dan Harun” (QS Al-A’raf 121-122)

Bahkan diulang dalam surat Asy-Syu’ara

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ, رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ

“(Mereka berkata) “Kami beriman kepada Rabb semesta alam, (yaitu) Rabb Musa dan Harun” (QS Asy-Syu’ara 47-48)

Ibnu ‘Aasyur menjelaskan alsan yang melatarbelakangi pendahuluan Nabi Harus atas Nabi Musa pada ayat 70 dari surat Thāha tersebut dalam kitabnya;

قال ابن عاشور في التحرير والتنوير 262/16-263 : ويجوز أن يكون تقديم هارون في هذه الآية من حكاية قول السحرة ، فيكون صدر منهم قولان ، قدموا في أحدهما اسم هارون اعتباراً بكبر سنّه ، وقدموا اسم موسى في القول الآخر اعتباراً بفضله على هارون بالرسالة وكلام الله ، فاختلاف العبارتين باختلاف الاعتبارين

“Bolehnya pendahuluan Harun atas Musa pada ayat ini (Surat Thāha Ayat 70) dalam rangka pembahasan tukang sihir.
Ada 2 pendapat yang muncul dalam hal ini; Jika didahulukan penyebutan Harun atas Musa, itu karena Harun lebih senior (umurnya) dibandingkan Musa. Dan jika didahulukan Musa atas Harun itu karena keutamaannya dari sisi risalah (bahwa Nabi Musa mendapatkan kitab/kalamullah, termasuk dalam golongan Ulul ‘Azmi, dan lain lain).
Maka perbedaan 2 ungkapan (sebagaimana disebut dalam ayat, mendahulukan Nabi Musa atau Nabi Harun ‘alaihimaa salaam) ini, bisa dilihat dari 2 sudut pandangnya” (At-Tahriir wa At-Tanwiir 16/262-263)

Alasan lainnya, bahwa di surat Thāha ini Allāh menceritakan sebuah kisah yang melibatkan Nabi Harun ketika Nabi Musa meninggalkan kaumnya dan menitipkan kepada Nabi Harun untuk mendapatkan wahyu dari Allāh selama 40 malam. Saat ditinggalkan Nabi Musa itulah, salah satu kaum Bani Israil yang bernama Samiri, kembali menghidupkan tradisi kesyirikan dengan membuat sebuah patung lembu yang kemudian disembah oleh mereka, bahkan mengatakan dulu patung lembu itu adalah sesembahan Nabi Musa, namun Nabi Musa melupakannya, hal ini diabadikan dalam Al-Qur’an

فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَّهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَـٰذَا إِلَـٰهُكُمْ وَإِلَـٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ

“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Sesembahanmu dan Sesembahan Musa, tetapi Musa telah lupa” (QS Thoha 88)
Dalam momen ini, peran Nabi Harun melalui amar ma’rufnya sangat besar untuk menjaga kaumnya dari kesyirikan, beliau berusaha mencegah kaumnya dari kesyirikan agar tidak mendapatkan murka Allāh . Nabi Harun mengatakan,

فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى

“Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya ‘Hai kaumku, sejatinya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu. Demikianlah Rabbmu, ialah (Rabb) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku’” (QS Thāha : 90)

Maka dalam surat ini, Allāh mendahulukan Harun daripada Musa untuk memberikan penghargaan kepada Harun yang telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dan sungguh Allāh memberikan keutamaan bagi mereka yang beramar ma’ruf nahi munkar, walaupun di mata manusia mungkin “tidak berhasil” tapi Allāh mencatatnya serta memberikan keutamaan padanya. Alasan yang terakhir adalah Ushlub Qur’aniyyah, bahwa dalam surat ini menggunakan akhiran Alif Maqshuroh seperti طغى، يخشى، يطغى، الهدى، الأولى dan tentu saja موسى . Karenanya dalam penyebutan Nabi di ayat 70, Allah mengakhirkan Musa dibanding Harun, sebab tulisan Musa mengunakan akhiran Alif Maqshuroh.

Untuk lebih jelasnya coba perhatikan beberapa ayat dalam surat Thāha ;

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَن يَطْغَى قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِّن رَّبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَن كَذَّبَ وَتَوَلَّى قَالَ فَمَن رَّبُّكُمَا يَا مُوسَى قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى قَالَ عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّى كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّأُوْلِي النُّهَى مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِّثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَّا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنتَ مَكَانًا سُوًى قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى قَالَ لَهُم مُّوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَن يُخْرِجَاكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَن تُلْقِيَ وَإِمَّا أَن نَّكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَى قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَى وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى

43. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
44. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
45. Berkatalah mereka berdua: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas”.
46. Allāh berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”.
47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah: “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Rabbmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
48. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.
49. Berkata Fir’aun: “Maka siapakah Rabbmu berdua, hai Musa?.
50. Musa berkata: “Rabb kami ialah (Rabb ) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.
51. Berkata Fir’aun: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?”
52. Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa;
53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
54. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allāh bagi orang-orang yang berakal.
55. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,
56. Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).
57. Berkata Fir’aun: “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?
58. Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).
59. Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalan naik”.
60. Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.
61. Berkata Musa kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allāh , maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
62. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).
63. Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.
64. Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini.
65. (Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
66. Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
67. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
68. Kami berkata: “Janganlah Kamu takut, sesungguhnya Kamulah yang paling unggul (menang).
69. Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang” (QS Thāha 43-70)

Demikian 3 alasan mengapa pada surat Thāha ayat 70, Nabiyullah Harun didahulukan penyebutannya atas Musa ‘alaihimaa salaam

Wallāhu a’lam, Wabillāhittaufiq

Referesi:

http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=36214
“http://www.ahlalloghah.com/showthread.php?t=1768”
https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=UKUGSO9hxKE&fbclid=IwAR31ke9qcK9SqSJHo3PDdKhlApvnKyTg_PCLbLHBS3plwCDi6nab1JvZz38#at=622

Dijawab dengan ringkas oleh:
👤 Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
📆 Senin, 2 Rabi’ath Thani 1440H / 10 Desember 2018M

Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, S.Ag., M.Ag.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Hadits 2010 - 2014, S2 UIN Sunan Kalijaga Qur’an Hadits 2015 - 2019 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dynamic English Course (DEC) Pare Kediri, Mafatihul Ilmi (Ustadz Dzulqarnaen) sedang diikuti | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kuliah Pra Nikah Naseeha Project

Related Articles

Back to top button