12 Kumpulan Hadits Kasih Sayang (Arab & artinya)

Pendaftaran Grup WA Madeenah

12 Kumpulan Hadits Kasih Sayang (Arab & Artinya)

Pembaca yang dirahmati oleh Allah ta’ala, berikut kami sajikan artikel tentang 12 kumpulan hadits kasih sayang.


Rahmatan lil ‘Alamin 

Seringkali kita mendengar bahwa Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama yang menyebarkan kasih sayang ke semua alam. Dan perkataan tersebut memang benar adanya, jika kita benar-benar mencermati setiap ajaran dan syariat yang ada di dalam Agama Islam, kita akan yakin bahwa memang yang menurunkan agama ini adalah Dzat yang penuh dengan kasih sayang.
Kita sangat sering mengulang-ulang kalimat,

بسم الله الرحمن الرحيم

“Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”.

Kalimat tersebut selalu mengingatkan kita bahwa Tuhan kita, Rabb kita, pemilik syariat ini, yang kita abdikan diri kita hanya kepada-Nya adalah Dzat yang Maha Menyayangi dan Mengasihi hamba-Nya.

Pada artikel kali ini, penulis mengajak para pembaca semuanya untuk sama-sama melihat betapa islam mengajarkan pengikutnya untuk berkasih sayang dengan memperhatikan beberapa hadits-hadits Rasulullah ﷺ tentang kasih sayang.

1. Kasih sayang Allah ﷻ kepada hambaNya.

Pernah mendengar peribahasa “kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah”?

Iya, ini merupakan peribahasa yang menggambarkan betapa sayangnya ibu kepada seorang anak. Secara fitrahnya, seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya berada dalam rasa sedih dan kesengsaraan. Gambaran pendekatan inilah yang digunakan Rasulullah ﷺ ketika mengabarkan kasih sayang Allah ﷻ kepada hamba-Nya.

Kalaulah kasih ibu kepada anaknya sudah setinggi itu, maka ketahuilah kasih sayang Allah ﷻ jauh lebih dari itu. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa ada seorang wanita tawanan perang yang sedang mencari-cari anaknya, saking bingungnya wanita tersebut, setiap kali dia melihat seorang bayi akan langsung dia gendong dan susui.

Melihat kejadian tersebut Rasulullah ﷺ bersabda kepada para sahabat,

أتَرَوْنَ هَذِهِ المَرْأةَ طارِحَةً ولَدَها فِي النّارِ؟» قُلْنا: لا، واللهِ وهِيَ تَقْدِرُ عَلى أنْ لا تَطْرَحَهُ، فَقالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لَلَّهُ أرْحَمُ بِعِبادِهِ مِن هَذِهِ بِوَلَدِها »

“Apakah menurut kalian wanita ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam api? Para sahabat pun menjawab: Demi Allah dia tidak akan sanggup melemparkan anaknya kedalam api. Lantas Rasulullah ﷺ pun bersabda: Sungguh kasih sayang Allah kepada hamba-Nya jauh lebih besar daripada kasih sayang wanita ini kepada anaknya” (HR. Muslim, No. 2754).

Betapa Allah ﷻ menyayangi hamba-Nya, bahkan jika hamba tersebut membangkang selama hidupnya, dan bertaubat sesaat sebelum dirinya wafat dengan taubat yang benar lagi tulus, maka Allah ﷻ akan ampuni dosanya. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَمّا قَضى اللَّهُ الخَلْقَ، كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ: إنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي

“Ketika Allah ﷻ telah selesai menciptakan makhluk, Allah menulis di atas arsy Nya: sungguh kasih sayangKu mengalahkan kemurkaanKu.” (HR. Bukhari, No. 7453).

2. Kasih sayang Rasulullah ﷺ.

Rasulullah ﷺ sebagai nabi terakhir dan penghulu seluruh manusia memiliki akhlak yang sangat terpuji, bahkan akhlak beliau merupakan mu’jizat sebagai tanda kenabiannya. Beliau adalah seorang nabi yang sangat mencintai umatnya, beliau akan bersedih ketika ada sesuatu yang memberatkan umatnya dan beliau sangat bersemangat untuk memberikan segala bentuk kebaikan kepada mereka.

Diantara hadits-hadits yang menceritakan akan kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada umatnya adalah hadits yang dikabarkan oleh Abu Hurairah,

قِيلَ: يا رَسُولَ اللهِ ادْعُ عَلى المُشْرِكِينَ قالَ: «إنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعّانًا، وإنَّما بُعِثْتُ رَحْمَةً

”Ada yang berkata kepada Rasulullah ﷺ: ya Rasulullah doakanlah kecelakaan untuk orang-orang musyrik. Lantas beliau ﷺ pun menjawab: Sungguh diriku tidak diutus untuk melaknat, tapi aku di utus untuk membawa kasih sayang.” (HR. Muslim, No. 2599).

Diantara bentuk kasih sayang Rasulullah ﷺ, beliau menyuruh para imam sholat untuk meringankan bacaan agar tidak memberatkan ma’mum. Bahkan beliau sangat marah ketika melihat seorang imam memanjangkan sholat sehingga memberatkan ma’mum, beliau pernah bersabda,

يا أيُّها النّاسُ إنَّ مِنكُمْ مُنَفِّرِينَ، فَأيُّكُمْ أمَّ النّاسَ، فَلْيُوجِزْ فَإنَّ مِن ورائِهِ الكَبِيرَ، والضَّعِيفَ وذا الحاجَةِ

”Wahai sekalian manusia, sesungguhnya diantara kalian ada yang membuat manusia lari dari dakwah ini. Jika ada diantara kalian yang menjadi imam hendaklah dia mempersingkatnya. Karena dibelakangnya ada orang tua, orang yang lemah dan orang yang punya urusan.” (HR. Muslim, No. 466).

Pernah suatu kali, seorang sahabat Arab badui yang bernama Aqra’ bin Habis Attamimy melihat Rasulullah ﷺ mencium cucu beliau Hasan bin Ali, lalu beliau pun berkata,

“Aku memiliki sepuluh anak dan aku tidak pernah menciumi mereka”

Rasulullah ﷺ pun menoleh kepadanya dan bersabda,

مَنْ لا يرحم لا يُرحَم

“Siapa yang tidak berkasih sayang, dia pun tidak akan mendapatkan kasih sayang”. (HR. Abu Dawud, No. 5218).

Disebutkan pula dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah lupa mendoakan ampunan untuk umatnya. Ibunda ‘Aisyah pernah bercerita saat beliau melihat Rasulullah ﷺ sedang senang beliaupun meminta Rasulullah ﷺ mendoakannya, Rasulullah ﷺ pun berdoa,

اللهم اغفر لعائشة ما تقدَّم من ذنبها وما تأخَّر، ما أسرَّت وما أعلنَتْ

“Ya Allah, ampunilah dosa ‘Aisyah yang telah berlalu maupun yang akan datang, ampunilah dosanya yang tidak terlihat maupun yang terlihat”

Mendengar doa tersebut ibunda Aisyah pun senang dan tertawa, lalu Rasulullah ﷺ pun bersabda,

“apakah engkau senang dengan doa ku?”

ibunda ‘Aisyah menjawab,

“Bagaimana mungkin aku tidak senang dengan doa mu”

Rasulullah ﷺ pun bersabda,

والله إنها لدُعائي لأُمَّتي في كل صلاة

“Demi Allah, itu adalah doa yang selalu aku panjatkan untuk umatku di saat sholat.” (HR. Ibnu Hibban, No. 7111).

Begitu pula, besarnya kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada umatnya begitu terlihat dalam sabda beliau ﷺ,

لكل نبي دعوة مستجابة، فتعجل كل نبي دعوته، وإني اختبأت دعوتي شفاعة لأمتي يوم القيامة، فهي نائلة إن شاء الله من مات من أمتي لا يشرك بالله شيئا

“Setiap nabi itu ada kesempatan satu kali untuk memanjatkan doa yang pasti akan dikabulkan. Dan semua nabi sudah menggunakan kesempatan itu di dunia, sedangkan aku menyimpan doaku berupa syafaat untuk umatku nanti pada hari kiamat. Dan syafaat tersebut insya Allah akan menyelamatkan umatku yang tidak berbuat syirik kepada Allah.” (HR. Muslim, No. 199).

3. Ajaran Islam untuk saling berkasih sayang.

Sebagaimana yang telah kita kemukakan di awal pembahasan bahwa Islam adalah agama kasih sayang. Itu tercermin dalam setiap ajarannya, dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda,

الرّاحِمُونَ يَرْحَمُهمُ الرَّحمنُ، ارحَمُوا أهلَ الأرضِ يَرْحْمْكُم مَن في السّماء

“Orang-orang yang saling berkasih sayang akan disayang oleh Dzat yang maha penyayang. Maka sayangilah penduduk bumi maka Allah yang berada diatas langit akan menyanyangi kalian.” (HR. Abu Dawud, No. 4941).

Bahkan Rasulullah ﷺ menyatakan dengan tegas siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang maka dia adalah orang yang celaka, beliau ﷺ bersabda,

لا تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إلّا مِن شَقِيٍّ

“Tidaklah kasih sayang itu dicabut kecuali dari orang yang sengsara.” (HR. Abu Dawud, No. 4942).

Mari kita lihat bagaimana Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan untuk kaum muslimin, beliau ﷺ bersabda,

مَثَلُ المُؤْمِنِينَ فِي تَوادِّهِمْ، وتَراحُمِهِمْ، وتَعاطُفِهِمْ مَثَلُ الجَسَدِ إذا اشْتَكى مِنهُ عُضْوٌ تَداعى لَهُ سائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمّى

“Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan, kasih sayang dan kebersamaan seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya terjaga dan merasakan demam” (HR. Muslim, No. 2586).

Bahkan kepada hewan sekalipun atau dalam peperangan yang mengharuskan, Islam tetap menerapkan kasih saying tidak boleh ada bentuk penyiksaan. Rasulullah ﷺ bersabda,

إنَّ اللهَ كَتَبَ الإحْسانَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ، فَإذا قَتَلْتُمْ فَأحْسِنُوا القِتْلَةَ، وإذا ذَبَحْتُمْ فَأحْسِنُوا الذَّبْحَ، ولْيُحِدَّ أحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat baik dalam segala perihal, maka jika kalian membunuh maka perbaguslah caranya (jangan sampai menyiksa), dan apabila kalian menyembelih, maka perbaguslah caranya. Hendaklah kalian tajamkan dahulu pisaunya dan nyamankanlah sembelihan tersebut.” (HR. Muslim, No. 1955).

Wallahu a’lam.

 

Disusun Oleh :

Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله

07 Ramadhan 1442 H/19 April 2021


Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى

Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam

Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى klik disini

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button
situs togel dentoto https://sabalansteel.com/ https://dentoto.cc/ https://dentoto.vip/ https://dentoto.live/ https://dentoto.link/ situs togel situs toto toto 4d dentoto omtogel http://jeniferseo.my.id/ https://seomex.org/ omtogel